Rakor Konservasi Bahari Kendawangan: Menjaga Dugong, Mensejahterakan Masyarakat

Yayasan WeBe Konservasi Ketapang juga menyerahkan penghargaan desa wisata dari Kementerian Pariwisata dan media sosialisasi konservasi dugong

Pemerintah Kecamatan Kendawangan bersama Yayasan WeBe Konservasi Ketapang menggelar Rapat Koordinasi, Sosialisasi, dan Klinik Rencana Usaha Desa Berbasis Konservasi Bahari di Kendawangan, Kamis (11/9/2025). Foto: Dok. Yayasan WeBe Konservasi Ketapang

Kolase.id – Pemerintah Kecamatan Kendawangan bersama Yayasan WeBe Konservasi Ketapang menggelar Rapat Koordinasi, Sosialisasi, & Klinik Rencana Usaha Desa Berbasis Konservasi Bahari. Ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang utuh terkait konservasi dugong dan padang lamun.

Kegiatan dihadiri para kepala desa dari empat desa pesisir, yakni Kendawangan Kiri, Kendawangan Kanan, Mekar Utama, dan Kramat Jaya beserta jajaran BPD, BUMDes/Koperasi Merah Putih, Karang Taruna, PKK, dan Pokdarwis masing-masing desa. Selain itu, hadir pula Kepala SMK Negeri 1 Kendawangan, perwakilan Danpos TNI AL Kendawangan, serta Kasat Polair Kendawangan.

Rakor Konservasi Bahari Kendawangan merupakan salah satu bentuk kemitraan antara Yayasan WeBe Konservasi Ketapang dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kalbar selaku pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kendawangan, serta BPSPL Pontianak untuk sosialisasi jenis ikan dilindungi.

Camat Kendawangan Adi Kesuma mengatakan dugong hidup sangat bernilai bagi desa. “Menjaga dugong berarti menjaga padang lamun, perikanan, dan penghidupan nelayan,” katanya saat membuka kegiatan di Kendawangan, Kamis (11/9/2025).

Menurutnya, Pemerintah Kecamatan Kendawangan turut mendukung kolaborasi desa, aparat, sekolah, dan komunitas untuk konservasi dugong. Dia juga mengingatkan bahwa menjaga dugong berarti turut mensejahterakan masyarakat.

Pada sesi seremonial, Desa Kendawangan Kiri menerima Piagam Penghargaan atas prestasinya masuk 300 besar Desa Wisata Indonesia (2022–2024). Camat juga menyerahkan media sosialisasi konservasi dugong kepada para kepala desa sebagai materi edukasi lapangan.

Ketua Yayasan WeBe Konservasi Ketapang Setra Kusumardana menyambut baik dukungan Pemerintah Kecamatan Kendawangan. “Kami siap mendampingi desa, mengembangkan paket wisata edukasi, label perikanan Dugong Friendly, dan materi sosialisasi agar manfaat ekonomi terasa tanpa mengorbankan ekosistem,” katanya.

Pada sesi paparan, Yayasan WeBe Konservasi Ketapang menyoroti nilai ekologis dugong dan padang lamun sebagai ‘rumah ikan’ dan penyangga pantai. Nilai lainnya adalah peluang ekonomi melalui model usaha desa yang ramah konservasi.

Misalnya, wisata edukasi lamun–dugong, perikanan selektif berlabel “Dugong Friendly”, homestay/kuliner pesisir, tur mangrove–adopsi bibit, serta layanan pemanduan riset/CSR.

Peserta kemudian berdiskusi dalam klinik rencana usaha untuk memetakan potensi, kebutuhan dukungan, serta langkah 90 hari pertama. Antusiasme peserta terlihat hingga akhir acara.

Tono, salah satu pendamping komunitas juga turut berbagi praktik baik dari pendampingan Yayasan WeBe di Pulau Cempedak dan Sungai Tengar. Termasuk penerapan SOP “lepas & lapor” saat berjumpa dugong serta penataan zona aman padang lamun tanpa pukat.

Berdasarkan kesepakatan, Yayasan WeBe Konservasi Ketapang akan melanjutkan agenda pertemuan intensif ke empat desa pesisir pada 22 September hingga 4 Oktober 2025.

Agenda dimaksud mencakup pengusulan zona aman lamun dan komitmen perlindungan bersama pada dugong di perairan laut Kendawangan; penetapan 1–2 model usaha prioritas per desa (pilot 3–6 bulan); penyusunan rencana aksi 90 hari (alat & pelatihan, perizinan, kanal penjualan); dan penunjukan PIC desa serta pembentukan grup koordinasi.*

Exit mobile version