DKP Kalbar-YPI Jajaki Kesamaan Persepsi dan Indikator Kerja Terukur

Avatar
Kepala DKP Kalbar bersama staf dan Tim Yayasan Planet Indonesia usai audiensi penjajakan awal terkait kesamaan persepsi dalam membangun indikator kerja terukur sesuai pedoman teknis Evika di Kantor DKP Kalbar. Foto: Dok DKP Kalbar

Kolase.id – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) bersama Yayasan Planet Indonesia (YPI) kembali duduk semeja. Selain menjajaki kesamaan persepsi, juga membangun indikator kerja yang terukur sesuai pedoman teknis Evika.

Kepala DKP Kalbar Herti Herawati menuturkan, kemitraan yang dibangun dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan inovasi dalam menjalankan reformasi pemerintahan.

“Kemitraan ini bahan baku inovasi kami tentang pengolaborasian nilai reformasi pemerintahan,” kata Herti saat menerima audiensi Yayasan Planet Indonesia di Kantor DKP Kalbar, Rabu (7/9/2022).

Herti menilai dalam menjalankan program, mitra LSM juga seyogyanya mementingkan hasil kuantitatif, seperti indikator masyarakat sejahtera.

“Saya harap LSM dapat mengisi indikator variabel ekonomi itu sederhana saja. Tidak ada variabel yang beranak cucu. Langsung saja ke indikator ketahanan ekonomi, lingkungan, atau sosial,” ungkap Herti.

DKP, sambung Herti, bergerak di komponen ekonomi yang di dalamnya termasuk pendapatan perkapita. Sebab, saat ini seluruh dinas diminta untuk berkontribusi dalam meningkatkan variabel pendapatan perkapita di tengah masyarakat.

Ia juga meminta kepada YPI agar ikut berfokus dalam menentukan indikator keberhasilan indikator yang terukur di setiap programnya. Karena hal itulah yang paling sulit. Penilaian capaian itu meliputi input, output, dan outcome.

“Konservasi itu kita memberi perubahan mindset masyarakat sesuai dengan karakteristik ekosistemnya,” tukasnya.

Manajer Pelayananan Usaha Masyarakat Konservasi (PUMK) dan Pemberdayaan Yayasan Planet Indonesia (YPI) Miftah Azam Achid menuturkan intervensi terhadap mitra kelompok masyarakat perlu dilakukan untuk menjadi dasar kenaikan pendapatan perkapita.

“Kita telah membuat pelayanan usaha masyarakat konservasi. Di situ ada dana ketahanan, masyarakat bisa melakukan penyimpanan dan ketika membutuhkan bisa meminjam,” ujar Miftah Azam Achid.

Dalam upaya mengepakkan sayapnya, YPI memilih untuk fokus mengembangkan PUMK di empat desa yang merupakan wilayah konservasi di Kubu Raya yakni Desa Kuala Karang, Desa Sungai Nibung, Desa Dabong, dan Desa Tanjung Harapan.

“Kita juga ada dukungan akses modal usaha. Harapannya bisa memanfaatkan untuk usaha-usaha yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sehingga nanti akan bisa meningkatkan pendapatan perkapitanya,” ungkap Miftah.

Untuk mencapai itu, YPI mengemas program kerja mereka melalui tujuh tahapan. Dimulai dari sosialisasi hingga menerapkan kerangka rencana pengelolaan dan pendataan biota perairan. Selain itu, pihaknya juga menjalin kemitraan bersama DKP Kalbar.

“1097 jiwa berkomitmen dalam gerakan konservasi sumber daya alam dengan adanya dukungan pemberdayaan masyarakat PUMK,” tuturnya.

Kendati demikian, pihaknya juga memberikan layanan kesehatan masyarakat. Dengan harapan tingkat kesehatan masyarakat lebih stabil.

“Ketika nanti mereka sakit-sakitan perlu obat periksa karena jauh ke puskesmas. Jika kesehatan masyarakat terganggu, akan mempengaruhi banyak hal,” ucap Miftah.

Melalui pengelolaan SDA adaptif di wilayah konservasi laut ini, pihaknya berharap dapat meningkatkan populasi spesies-spesies kunci. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk nelayan kecil.

“Untuk bisa ditangkap dengan cara-cara yang disepakati secara berkelanjutan itu juga akan bisa meningkatkan pendapatan perkapita,” kuncinya.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *