Yayasan Kolase dan FINCAPES Perkenalkan Photovoice, Mata Warga Memaknai Risiko Banjir Pontianak

Photovoice adalah metode penelitian partisipatif yang menggabungkan fotografi dengan narasi untuk memberdayakan komunitas agar dapat merekam, merefleksikan, dan membagikan pengalaman mereka

Sosialisasi Photovoive Yayasan Kolase - FINCAPES menghadirkan unsur pemerintah dan para tokoh di Rumah Budaya Kampung Caping Pontianak, Selasa (11/11/2025). Foto: Dok. Yayasan Kolase

Ia menambahkan, masih banyak warga yang memandang banjir sebagai hal biasa yang datang setiap tahun, padahal tren ketinggian air terus meningkat. “Sebagian besar warga masih menganggap banjir sebagai hal biasa. Namun di sisi lain, ada warga yang menganggapnya sudah menjadi ancaman serius. Nah, di sinilah kita ingin melihat seperti apa suara warga tentang banjir,” katanya.

Melalui pendekatan Photovoice, Yayasan Kolase ingin mengajak masyarakat untuk mendokumentasikan pengalaman mereka tentang banjir secara visual. “Photovoice ini adalah sebuah studi komunikasi partisipatif melalui pendekatan visual. Kita akan mengajak warga untuk memotret serta menarasikan situasi banjir dan lingkungannya,” terang Rizal.

Program ini mulai direncanakan pada Oktober dan akan berlangsung hingga Januari 2026, dengan melibatkan 30 warga Pontianak dari berbagai latar belakang sosial, usia, dan gender, termasuk kelompok rentan yang terdampak banjir.

Rizal juga menyoroti ancaman jangka panjang terhadap Pontianak akibat kombinasi antara pasang laut, curah hujan tinggi, penurunan muka tanah, dan padatnya permukiman.

“Luas wilayah Kota Pontianak 118,31 km² dan dihuni 690.277 jiwa. Perkembangan kota yang pesat telah mengubah area resapan vital menjadi lahan terbangun secara masif. Hal ini juga berimbas pada penurunan muka tanah,” sebutnya.

Hasil studi FINCAPES mendeteksi telah terjadi penurunan muka tanah lebih dari satu sentimeter per tahun, khususnya di Pontianak Utara dan Tenggara yang didominasi gambut. “Kalau tidak ada intervensi kebijakan, pada 2050 ketinggian banjir bisa mencapai 1,5 meter. Artinya, Pontianak bisa tenggelam,” jelasnya.

Rizal mengapresiasi langkah Pemerintah Kota Pontianak yang mulai memperbaiki drainase dan menata parit di sejumlah wilayah, seperti di Jalan Sepakat 2 dan Kampung Yuka, sebagai bentuk komitmen menghadapi ancaman iklim.

Dia juga mengingatkan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan masyarakat Pontianak.

“Sungai Kapuas tidak pernah membelah kota. Justru Sungai Kapuaslah yang menyatukan Pontianak. Karena sungainya duluan ada, baru kotanya. Ini yang harus kita jaga sebagai bagian dari peradaban sungai,” pungkasnya.

Exit mobile version