Kolase.id – Sedikitnya empat desa di Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, terendam banjir besar. Otoritas setempat melansir keempat desa tersebut masing-masing Desa Bonti, Bahta, Sami, dan Desa Kampuh. Ketinggian air mencapai rata-rata 1 hingga 2 meter ke atas.
Camat Bonti Dominikus, dikonfirmasi Frino Barus dari Mysingkawang.id (jaringan Kolase) menyebut banjir yang melanda Bonti adalah kiriman air dari Entikong, Balai Karangan, Beduai, dan Kembayan.
“Bonti sudah terendam banjir selama lebih dari seminggu. Ditambah lagi kiriman air dari hulu. Ketinggian air di Kota Bonti rata-rata lebih dari satu meter,” katanya melalui wawancara via WhatsApp, Sabtu (1/2/2025).
Menurut Dominikus, dari empat desa yang terendam banjir, baru tiga desa yang dapat diakses untuk memobilisasi bantuan. Ketiga desa tersebut adalah Bonti, Bahta, dan Sami. Sementara Desa Kampuh, akses ke wilayah tersebut terputus total.
“Desa Kampuh masih terisolir. Kita masih kesulitan mengirim bantuan ke sana. Untuk jalur darat, ada 4-5 titik untuk angkutan karena untuk jalan darat, ada 4-5 titik yang tidak bisa kami lewati. Apalagi dari Sungai Sekayam, arusnya sangat deras,” kata Dominikus.
Pemerintah Kecamatan Bonti sudah menyiapkan lokasi atau tempat pengungsian dan dapur umum di Gedung Lawang Kuari. Bantuan dari masyarakat dan BNPB seperti beras, mi instan, dan telur sudah ada. Sedangkan dari Pemkab Sanggau sudah ada bantuan sekitar 254 ton beras. Bantuan ini sudah didistribusi ke Desa Bonti dan Sami.
Untuk Desa Kampuh dan Bahta, sampai saat ini masih terisolasi. Kondisi air di Sungai Sekayam juga deras. Jadi tidak bisa dijangkau dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Sedangkan akses sungai arusnya sangat deras.
Dominikus menjelaskan bahwa tim Puskesmas Bonti sudah siap 24 jam di tenda-tenda atau tempat pengungsian yang telah disiapkan pemerintah kecamatan. Dinas Kesehatan Sanggau juga sudah membantu menurunkan petugas kesehatan untuk membantu perawatan.
“Kondisi kesehatan masyarakat masih baik. Hanya beberapa orang saja yang perlu perawatan. Misalnya ada seorang Ibu yang mau melahirkan, dan proses persalinannya lancar. Bantuan dari pihak lain sementara ini belum ada. Kami sangat membutuhkan speedboat berukuran besar untuk dapat digunakan mendistribusi bantuan melalui jalur Sungai Sekayam,” pinta Dominikus.*