Kolase.id – Anak muda Pontianak mulai menunjukkan kepekaan pada iklim. Hal ini terlihat melalui agenda diskusi dan nonton film pendek berjudul Climate Witness: Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini dihelat Gaung Muda dan Jagak Himbak di Gedung Teater Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII Kalbar.
Sebelum film diputarkan para peserta diajak berdiskusi bersama tiga pemantik materi yaitu Nurul Oktaviani (Keep Earth Borneo), Ya’ Muhammad Andriyan Wijaya (Ketua Fasilitator Forum Anak Kalimantan Barat), dan Gusti Enda (Susur Galur). Melalui fokus forum yang berbeda, ketiga pemantik materi memiliki visi yang satu. Mereka sama-sama bergerak untuk aksi perubahan iklim.
Nurul Oktaviani bersama Keep Earth Borneo pada tahun 2021 memulai perjalanannya untuk mengedukasi anak-anak muda sekarang, yang mana setiap perilaku sangat mempengaruhi pergerakan iklim di bumi, mengaksikan hidup ramah lingkungan dan membiarkan satwa liar tetap hidup dengan bebas. Kegiatan ini dilakukan semata untuk mencoba menahan laju perubahan iklim yang sudah merusak bumi karena ulah manusia sendiri.
“Apa yang kita lakukan akan berdampak di kemudian hari. Kita bisa memilih masa depan tetapi kita tidak bisa memilih planet yang kita tempati,” ucapan Nurul yang mengajak para anak-anak muda memulai aksi untuk iklim.
Ketua Fasilitator Forum Anak Kalbar Ya’ Muhammad Andriyan Wijaya juga mengagendakan gerakan ikim kepada anak-anak usia dini dengan menggambarkan bahwa bumi itu adalah rumah.
“Penting memberi pemahaman sejak usia dini, bisa kita biasakan dengan menjaga lingkungan. Konteks bumi sebagai rumah, kita sebagai orang yang tinggal di dalamnya, maka kita bertanggung jawab atas rumah kita sendiri,” ujar Iyan.
Ia juga meminta mempopulerkan tagline untuk sekaligus mengajak para peserta yang hadir agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar demi mengurangi laju perubahan iklim.
Selain melalui aksi sosial, Gusti Enda dari Susur Galur juga membawa giat aksi iklim ini melalui karya seni. Aksi-aksi perubahan iklim dihiasi melalui sebuah karya yang menyimpan sejarah peradaban agar lebih akrab dikenali oleh masyarakat, di mana mereka terlibat langsung dalam wacana perbaikan lingkungan yang berdampak dari sebab akibat peran manusia itu sendiri.
“Tidak perlu jauh-jauh untuk melakukan aktivitas lingkungan, contoh paling dekat ialah bagaimana kita memberikan informasi sederhana untuk tidak membuang sampah di sungai, dengan membuat plang larangan membuang sampah di sekitaran sungai.”
Enda menyampaikan bahwa Susur Galur juga memulai giat di pasar tradisional sebagai jalan untuk dapat meningkatkan sampah-sampah daur ulang menjadi karya yang memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat itu sendiri.
Arzetika Amanda Putri sebagai koordinator kegiatan diskusi dan nonton bareng film “Climate Witness” menyampaikan tujuan dari kegiatan ini lebih kepada transfer informasi yang dijembatani oleh Gaung Muda dan Jagak Himbak, sebagai bentuk kegelisahan mereka terhadap generasi muda saat ini yang masih kurang peka terhadap isu lingkungan.
“Kalaupun ada yang paham itu hanya beberapa persen dari sebagian kecil kelompok muda, jadi dari situ kami rasa perlu membuat kegiatan seperti ini untuk transfer ilmu kepada teman-teman agar lebih peka, mengerti dan paham” ujar Manda.
Pemutaran film “Climate Witness” ini juga sebagai bentuk tujuan mereka memberikan informasi kepada peserta yang hadir dengan harapan bahwa setelah menonton film tersebut anak-anak muda bisa memulai aksi untuk lingkungannya, “Walaupun tidak sama seperti film itu, setidaknya teman-teman bisa dapat bayangan dari apa yang sudah mereka tonton” lanjut Manda.
Tidak berhenti di situ, para peserta yang hadir juga diajak membuat gerakan kecil seperti memposting foto atau video mereka dengan menggunakan tagar #Langkahhariini, untuk memulai aksi kecil mereka dalam mengurangi dampak krisis iklim.*