Menakar Peluang dan Tantangan Hilirisasi Minyak Sawit

Hilirisasi minyak sawit menjadi produk oleopangan, oleokimia, dan biofuel

Avatar
Workshop Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia, dan Biofuel: Peluang dan Tantangan di Pontianak, Selasa (11/6/2024). Foto: Alfiyyah Ajeng Nurardita/Kolase.id

Kolase.id – Pemerintah sedang berupaya mendorong hilirisasi kelapa sawit sebagai salah satu dari 10 kelompok komoditas unggulan di Indonesia. Hilirisasi industri dianggap sebagai langkah strategis untuk mendongkrak daya saing dan nilai tambah dari komoditas ini. Apalagi, industri kelapa sawit telah menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang dan menopang kehidupan lebih dari 21 juta jiwa.

Hal ini yang mendorong Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar Workshop Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia, dan Biofuel: Peluang dan Tantangan di Pontianak, Selasa (11/6/2024).

Workshop tahun ini merupakan kegiatan tahun kedua dimana pada tahun pertama, tahun 2023, SBRC IPB University dengan dukungan BPDPKS dan APOLIN telah menyelenggarakan “Workshop Oleokimia dari Minyak Sawit: Potensi dan Tantangan” di tiga kota yaitu Bogor, Medan, dan Balikpapan.

Kegiatan tahun 2024 ini merupakan rangkaian dari kegiatan workshop yang akan dilaksanakan di lima kota yaitu Pontianak, Samarinda, Palembang, Jambi, dan Padang. Kegiatan di Pontianak mendapat support dari Universitas Tanjungpura.

Sawit
Komoditas kelapa sawit masih menjadi komoditas unggulan yang perlu mendapat penanganan agar bermanfaat buat masyarakat tanpa harus mengorbankan lingkungan. Foto: Rizal Daeng/Kolase.id

Wakil Ketua Tim Pelaksana Workshop Mira Rivai mengatakan workshop ini dapat memberikan informasi, gambaran permintaan pasar, serta peluang dari produk-produk turunan kelapa sawit yang bernilai tinggi kepada masyarakat.

Menanggapi sentimen negatif masyarakat terhadap kelapa sawit, Mira Rivai mengakui bahwa masalah limbah adalah hal yang tidak bisa dihindari. Namun, ia menekankan pentingnya mengolah kembali limbah tersebut menjadi produk yang bermanfaat, salah satunya adalah biochar dari janjang sawit.

“Misalnya, TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) yang sebelumnya dianggap limbah dan menyebabkan aroma tak sedap, bisa diproses dan dikarbonisasi menjadi biochar yang dapat digunakan sebagai pupuk,” jelasnya.

Rektor Unversitas Tanjungpura Pontianak yang diwakili Nurmainah menyambut baik inisiatif ini dan berharap dapat memberikan wawasan mengenai pengolahan komoditas sawit serta mendorong peran akademisi serta praktisi dalam pengembangannya.

“Kegiatan ini memberikan pembelajaran mengenai pengolahan komoditas sawit menjadi produk-produk hilir serta mendorong para akademisi dan praktisi untuk melakukan penelitian demi kemajuan bersama,” ungkapnya.

Berdasarkan catatan SBRC IPB University, minyak kelapa sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara. Data Ditjenbun (2022), luas areal kelapa sawit pada 2022 mencapai 15,38 juta hektare dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton dan produksi PKO sebesar 9,65 juta ton.

Kemenperin (2022) menyebutkan bahwa industri kelapa sawit berkontribusi sebesar 3,5 persen terhadap PDB nasional. Hingga saat ini, industri kelapa sawit dari sektor hulu sampai hilir mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang dan menghidupi lebih dari 21 juta jiwa.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi jangka panjang Indonesia Maju 2045, yakni Indonesia menjadi negara maju pada 2045 atau tepat setelah 100 tahun kemerdekaan RI.

Anugerah kekayaan sumber daya alam yang melimpah, dalam hal ini kelapa sawit, tentunya perlu dikelola dengan baik agar memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Pengelolaan terbaik yang dapat dilakukan melalui hilirisasi.

Manfaat kebijakan hilirisasi industri secara umum di antaranya meningkatkan nilai tambah, meningkatkan perekonomian, meningkatkan penerimaan negara, mensubstitusi barang impor, menarik investasi, menghasilkan devisa, hingga menyerap banyak tenaga kerja lokal.

Adanya kebijakan nasional hilirisasi industri kelapa sawit di dalam negeri tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian nasional.

Benefit lainnya dari kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit, antara lain optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, nonpangan, oleokimia dan bahan bakar terbarukan, penyedia bahan baku potesial untuk industri-industri, pemenuhan kebutuhan domestik dan ekspor, hingga membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan.

Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor.

Secara umum, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia dicluster dalam tiga kelompok besar, yaitu Oleofood, Oleochemical, dan Biofuel.

Hilirisasi oleofood meliputi berbagai macam produk pangan seperti margarin, shortening, non diary creamer, frying fat, cocoa butter substitute, food emulsifier, dan lainnya.

Hilirisasi oleochemical yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery menjadi produk antara oleokimia/oleokimia dasar hingga produk jadi seperti surfaktan, sabun, deterjen, shampo, biolubricant dan biomaterial dan bioplastik.

Sementara hilirisasi minyak sawit menjadi biofuel di antaranya biodiesel, bioavtur, bensin sawit, green gasoline, dan green diesel.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *