Media Gathering BKSDA Kalbar – YPI Perkuat Upaya Penyelamatan Satwa

Kerja sama multi pihak dapat menekan laju perdagangan satwa liar di Kalbar

Avatar
Kepala Balai KSDA Kalbar RM Wiwied Widodo memberikan keterangan pers terkait perdagangan satwa di ajang Media Gathering bersama Yayasan Planet Indonesia. Foto: Rizal Daeng/Kolase.id

Kolase.id – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bersama Yayasan Planet Indonesia (YPI) menggelar Media Gathering di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kamis (24/8/2023). Momentum silaturahmi dengan awak media ini menjadi ujung tombak kerja kolaboratif untuk penyelamatan satwa dari berbagai ancaman.

Kepala Balai KSDA Kalbar Raden Mas Wiwied Widodo mengatakan berbagai upaya perlindungan satwa ini telah dilakukan bersama YPI sebagai lembaga mitra. Namun tanpa sentuhan media, semua upaya itu tidak akan sampai pada titik maksimal.

“Jadi saya mohon bantuan kawan-kawan jurnalis dapat bekerja sama mengemban tugas mulia sebagai khalifah di muka bumi. Harus ada kemauan bersama untuk menyelamatkan satwa dari kepunahan,” kata Widodo di hadapan para jurnalis berbagai media.

Lebih jauh dia mengakui bahwa Kalimantan Barat adalah sebuah wilayah yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Sejatinya kekayaan itu menjadi kebanggaan lantaran daerah lain atau bahkan negara-negara di dunia tidak memiliki kekayaan yang setara dengan Kalbar.

“Sayangnya, kita seperti belum bangga dengan kekayaan ragam hayati yang ada di sekitar kita. Ini dapat dibuktikan dengan tingginya tingkat perburuan, perdagangan, dan penyelundupan satwa,” ucap Widodo.

Dia juga menyampaikan apresiasinya kepada YPI yang telah memfasilitasi pertemuan para jurnalis sebagai langkah awal untuk meniti jalan terjal perlindungan satwa dari ancaman kepunahan.

Direktur Yayasan Planet Indonesia Novia Sagita mengatakan bahwa media gathering tahun ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk kerja-kerja kolaboratif ke depan. “Kerja berjejaring seperti ini sangat penting untuk menguatkan fondasi pergerakan, khususnya dalam hal perlindungan satwa,” sebutnya.

Menurutnya, peredaran satwa liar di Kalbar sudah sangat mengkhawatirkan. YPI bersama BKSDA Kalbar melalui program Wildlife Trade Unit (WTU) telah memperoleh data terperinci tentang peredaran satwa liar, baik itu dilindungi maupun tidak dilindungi.

“Hasil pendataan tersebut membantu lembaga pemerintah dan pihak terkait dalam mengambil kebijakan mitigasi yang memastikan perlindungan satwa liar,” kata Novia.

Novia menjelaskan, hasil monitoring online di media sosial yang dilakukan, dalam kurun waktu tiga tahun pada 2021-2023 tercatat sebanyak 8.020 jumlah satwa yang diperdagangkan dengan total transaksi sebesar Rp576.706.850.

Dia juga mengingatkan kasus yang belum lama ini terjadi di Pontianak, yakni upaya penyelundupan 36 ekor satwa dilindungi berupa 16 ekor bekantan (Nasalis larvatus), 10 ekor Kakatua Maluku, tiga ekor Kakatua Koki, tiga ekor Kakatua Putih, tiga ekor Jambul Kuning, dan satu ekor Kakatua Raja.

Kasus ini bermula pada saat patroli rutin Lantamal XII pada 20 Desember 2022. Satwa – satwa ini dibawa kapal Vietnam dengan nama MV Royal 06 yang memuat bungkil sawit. Rencananya satwa-satwa ini akan diselundupkan ke Vietnam.

“Harus kami akui bahwa peredaran satwa liar dilindungi di Kalbar terbilang cukup tinggi. Ada kemungkinan dilakukan oleh jaringan perdagangan lintas batas negara karena daerah kita berbatasan langsung dengan negara tetangga (Malaysia),” sebutnya.

Novia berharap ada upaya perlindungan, penyadartahuan, pengawasan, dan memberantas aktivitas peredaran satwa liar. “Dan ini memerlukan perhatian serta kerja sama para pihak, mulai dari pemerintah, institusi penegak hukum, LSM, publik, termasuk juga kalangan media,” ucapnya.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *