Kolase.id – Kasus rabies di Kalimantan Barat menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hingga Juni 2024, tercatat lima kematian akibat rabies dan 3.075 kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR).
Data tahun lalu mencatat 6.970 kasus GHPR dengan korban meninggal tertinggi berasal dari Landak sebanyak delapan orang, diikuti Sintang sebanyak empat orang.
Medik Veteriner Muda Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar drh. Ahmad Mike Ariyanto menyatakan bahwa penolakan vaksin menjadi salah satu kendala utama dalam penanggulangan rabies.
“Pada saat vaksin, masing-masing hewan itu punya tingkat kekebalan tubuh. Seperti bayi yang disuntik campak, ada yang demam setelah disuntik. Begitu juga dengan hewan. Efek samping itu menjadi salah satu yang membuat masyarakat menolak vaksin,” ujarnya di Desa Temajuk, Kacamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar, Sabtu (29/6/2024).
Ahmad menambahkan, untuk mengatasi masalah ini mereka berupaya meningkatkan sosialisasi secara masif. Termasuk hadir di ajang Festival Pesisir Paloh 2024.
“Kami mencoba meningkatkan sosialisasi secara masif, termasuk dalam event-event pemerintah atau yang mengumpulkan massa. Melalui Duta Penyu Paloh, diharapkan mereka dapat memberikan sosialisasi ke masyarakat,” ucapnya.
Meningkatnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, diharapkan penolakan terhadap vaksin dapat diminimalisir dan angka kasus rabies dapat ditekan. Upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengatasi ancaman rabies di Kalimantan Barat.*