Sosial  

GMNI se-Kalbar Tolak Politik Identitas dan Dukung Pemilu Damai Berintegritas

Jika para pendiri NKRI bisa menyatukan anak bangsa, sudah menjadi kewajiban setiap warga negara untuk mempereratnya, bukan meruntuhkannya.

Avatar
Para pengurus GMNI se-Kalbar saat menggelar pertemuan tentang politik identitas. Foto: Dok. GMNI Kalbar

Kolase.id – Ketua DPD GMNI Kalimantan Barat Cesar Marchello memprediksi politik identitas dapat menjadi tren pelanggaran yang semakin marak digunakan dalam pesta demokrasi.

Cesar melihat faktor penyebab politik identitas yaitu adanya pemahaman yang belum tuntas soaI menjaga toleransi dan eksistensi tiap identitas dalam ruang politik di NKRI.

“Politik identitas dieksploitasi dan dikapitalisasi oleh elit seperti konsultan politik, anggota parpol, tim sukses, elit ormas dengan bentuk penyebaran isu, hoaks. Ini konsen kita bersama untuk mencegah hal tersebut,” ujar Cesar Marchello usai menggelar rapat dengan pengurus GMNI se-Kalbar, Sabtu, (18/2/2023).

Pria yang akrab dipanggil Cesar tersebut mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki beragam suku, budaya, dan agama. Sejatinya penyelenggara pemilu, aparat penegak hukum, mahasiswa, dan masyarakat dituntut memiliki kepekaan sekaligus kapasitas mengelola segenap potensi konflik yang muncul.

“GMNI sebagai organisasi berlandaskan Nasionalisme pastinya akan senantiasa menjaga dan menjunjung nilai-nilai Pancasila guna mengukuhkan semangat Nasionalisme,” kata Cesar.

Sekretaris DPD GMNI Kalbar Daniel Eko Setiabudi menambahkan bahwa menuju Pemilu 2024 mendatang, kampanye para calon telah menggunakan isu sara, politik identitas, dan politik uang. Maka itu sebagai kaum Nasionalis kader GMNI Kalbar akan siap mengawal Pemilu 2024.

“Sudah saatnya aktor-aktor politik menghentikan kebiasaan masa lalu, menempuh segala cara demi meraih tujuan. Sejarah sudah mencatat betapa besar daya rusak politik identitas. Kalau para pendiri bangsa berpuluh tahun silam bisa menyatukan segenap anak bangsa, kini menjadi kewajiban kita setiap warga negara untuk mempereratnya, bukan meruntuhkannya,” kunci Eko.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *