Kolase.id – Dinas Kesehatan Kalimantan Barat (Kalbar) melansir satu kasus dugaan suspek Atypical Progressive Acute Kidney Injury (AKI) atau gangguan ginjal akut (GGA) progresif atipikal pada anak asal Kota Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar), Kamis (27/10/2022).
“Hari ini kami laporkan ada dugaan kasus yang disebut dengan atypical progressive gangguan ginjal akut. Tetapi ini masih dalam status dugaan, karena kita belum menegakkan diagnosis akhir,” ungkap Hary Agung Tjahyadi, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kalbar kepada jurnalis, Kamis (27/10/2022).
Pasien yang terdeteksi suspek GGA tersebut merupakan anak perempuan berusia 8 tahun, asal Kota Singkawang. Yang bersangkutan masuk sebagai pasien ke RSUD Soedarso pada 25 Oktober 2022, pasca dirujuk dari salah satu RS Swasta di Singkawang. Status pasien saat ini dalam perawatan intensif di ruang PICU anak dan masih dalam pengawasan dokter spesialis anak.
“Informasi lain yang kami dapatkan dari daerah asal (Singkawang), yang bersangkutan itu dirawat di rumah sakit swasta mulai tanggal 21 Oktober 2022. Dirujuk ke RSUD Soedarso pada 25 Oktober karena kondisi pasien tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, bahkan terjadi penurunan kesadaran,” ujarnya.
Hary menjelaskan, bahwa atipikal progresif ini masuk kategori mendadak dan tidak diketahui penyebabnya. Dari riwayat penyakitnya, sang pasien diawali dari keluhan riwayat demam, mual, muntah akut, lemah, nyeri bagian perut, ada penurunan kesadaran dan berkurangnya frekuensi dan jumlah air kencing.
“Diagnosa sementara mengarah pada gagal ginjal akut, tapi kita belum menegakkan diagnosis akhir apakah ini gangguan ginjal akut atau gagal ginjal akut yang disebut atipikal progresif tadi,” terangnya.
Dinkes Kalbar melalui tim Penyelidikan Epidemiologi (PE) telah bergerak dengan mengumpulkan data-data, baik dari orang tua pasien dan data-data perkembangan pasien selama dirawat di RSUD Soedarso.
“Dan kita juga berkoordinasi dengan teman-teman Dinkes Singkawang untuk melakukan Penyelidikan Epidemiologi guna mendapatkan data-data tambahan yang mendukung penegakan diagnosa,” tutur Hary.
Hary menambahkan, masih akan terus melakukan koordinasi antara tim PE dengan dokter penanggung jawab perawatan, yakni dokter spesialis anak. Sang pasien juga telah diambil serum dari darahnya, kemudian mengumpulkan obat-obatan yang digunakan selama pasien dirawat mandiri di rumah.
“Ini kita lakukan sesuai protap (prosedur tetap) penanganan gagal ginjal akut. Ini nanti akan dikirim ke Puslabfor Jakarta, kemudian kita menunggu informasi itu dari Kemenkes RI, apakah ini kategori atipikal progresif atau tidak. Kalau benar, maka akan kita masukkan laporan ke PHEOC,” urai Hary.
Dia menjelaskan, sampai hari ini ada beberapa provinsi yang belum melaporkan kasus GGA termasuk Kalbar. Setelah adanya temuan ini, pihaknya akan segera melaporkan ke Kemenkes RI.
“Hasil diagnosa akan diumumkan satu pintu oleh Kemenkes, biasanya tidak lama. Sampelnya tadi sudah diambil, segera kita proses pengiriman. Hanya saja kita mesti mengumpulkan obat-obatan yang digunakan pasien selama dirawat secara mandiri di rumah, karena hari ini baru dilaporkan,” katanya.
Petugas Dinkes Kalbar telah bergerak dan bekerja sama dengan Dinkes Singkawang agar obat-obatan yang digunakan pasien selama dirawat mandiri di rumah akan dikumpulkan dan dikirim.
Pasien Suspek Pasca Konsumsi Obat Sirop
Informasi yang diperoleh Dinkes Kalbar, pasien suspek diketahui menggunakan obat-obatan sirop. Namun Hary mengatakan, hal ini masih akan dipastikan lebih lanjut, apakah obat-obatan itu masuk kelompok obat sirop yang dilarang atau bukan.
“Ini akan dipastikan apakah ada mengonsumsi salah satu obat itu. Obat-obatan yang digunakan pasien sebelum masuk ke rumah sakit yang sedang kita kumpulkan,” ujarnya.
Yang jelas, sambung Hary, informasinya tentang adanya obat sirop yang diminum oleh pasien sebelumnya, benar adanya. “Nanti kita pastikan apakah obat itu masuk kategori yang dilarang,” timpalnya.
Sakit Berulang
Hary memaparkan fakta yang juga ditemukan bahwa pasien suspek asal Kota Singkawang tersebut sudah mempunyai gejala GGA pada tanggal 7 Oktober lalu. Pasien mengalami demam dan batuk. Saat itu, pasien telah diberi obat lalu sembuh.
Namun kemudian, pada tanggal 21 Oktober, yang bersangkutan sakit lagi, dalam keadaan demam dan batuk, mual dan muntah, dan pasien lalu dibawa ke rumah sakit swasta.
“Meski suspek, kita sudah laporkan ke Kemenkes untuk tindak lanjutnya, karena penawarnya masih sedikit sekali. Itupun sudah diberikan kepada anak-anak yang sedang dirawat dalam kasus ini. Tata laksana dan manajemen klinisnya sudah ada, dan ini teman-teman dokter spesialis anak bersama tim dokter IDAI sedang bekerja untuk menyelamatkan anak-anak ini,” paparnya.
Hary juga menerangkan, dalam kurun waktu beberapa minggu ini, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan semua pihak, sosialisasi dan koordinasi dengan dinkes kabupaten/kota, rumah sakit, organisasi profesi dan BPOM untuk bersama mensosialisasikan kepada masyarakat agar waspada terhadap penyakit GGA.
Tak hanya itu, pihaknya turut melakukan penguatan tata laksana dan manajemen klinis yang telah dikeluarkan Dirjen Yankes terkait penanganan GGA atau atipikal progresif ini.
“Kami terus menerus lakukan itu. Semua pihak, kita sampaikan agar mereka menyampaikan ke jajaran kesehatan dan promosi kesehatan untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat agar waspada dini,” katanya.
Hary pun kembali memberikan imbauannya kepada masyarakat, jika mendapati anaknya sakit, jangan serta merta memberikan obat, melainkan harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada petugas kesehatan.
“Jangan asal-asalan dengan pengetahuan sendiri. Apalagi tidak teratur. Waspada lain, kita harus selalu lihat anak-anak kita, yakni pengurangan air kencing. Lihat frekuensinya. Kalau dalam sehari hanya 2-3 kali kencing, artinya itu sudah ada pengurangan. Anak-anak yang pakai pampers harus dilihat juga, dicek, apakah ada pengurangan frekuensi kencingnya,” pesannya.
Dalam hal penggunaan obat, Hary menyarankan agar para orang tua untuk menghindari obat-obatan yang dijual untuk sementara waktu. “Gunakan obat-obatan dengan konsultasi ke tenaga kesehatan. Sementara ini jangan gunakan obat-obatan dagang dengan pengetahuan sendiri,” pintanya.*