Kolase.id – Kalimantan Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang belum mampu membebaskan diri dari ancaman penyakit zoonosis. Salah satu penyakit zoonotik yang ada hingga saat ini adalah rabies.
Hal itu terungkap dari Seminar Nasional dengan tema Kolaborasi Para Pihak Dalam Mewujudkan Kalimantan Barat Sehat Dengan Pendekatan One Health. Seminar terlaksana atas kerja sama Universitas Tanjungpura (Untan) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI).
Ketua Panitia Afghani Jayuska mengatakan bahwa seminar nasional ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan Hari Rabies Dunia 2023. “Sebelumnya, kita telah diselenggarakan Talkshow mengenai rabies dan vaksinasi rabies sebagai upaya edukasi kepada masyarakat,” katanya saat membuka Seminar Nasional tersebut di Gedung Teater 1 Untan Pontianak, Selasa (5/12/2024).
Di tempat yang sama, Marius Marcellus TJ mewakili pimpinan YIARI menekankan pentingnya pendekatan One Health, di mana konsep ini adalah suatu pendekatan yang melibatkan berbagai sektor untuk menangani permasalahan yang muncul akibat interaksi antara tiga elemen utama, yaitu lingkungan, manusia, dan hewan.
Menurutnya, tiga elemen ini saling berinteraksi dan dapat menimbulkan masalah baru yang mempengaruhi keseimbangan lingkungan secara keseluruhan.
“One health tidak hanya digunakan dalam penularan penyakit, namun juga mengenai ketahanan pangan, resistensi antibiotic, perpindahan populasi manusia, polusi air serta udara dan sebagainya. Sehingga peran serta para pihak dalam mewujudkan Kalimantan Barat sehat merupakan tanggung jawab bersama,” kata Marius.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama M. Rustamaji menegaskan bahwa seminar ini bukan hanya ajang diskusi akademis, tetapi juga langkah awal komunikasi dan koordinasi antara berbagai pihak. Provinsi Kalimantan Barat sebagai provinsi terluas ketiga di Indonesia, menghadapi tantangan serius terkait zoonosis, terutama rabies.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa pada 2016, Ketapang adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Barat menjadi lokasi percontohan untuk pencegahan dan pengendalian zoonosis khususnya Rabies. Namun demikian, kita ketahui bersama bahwa kasus rabies ini masih terjadi di Kalbar hingga saat ini.
“Para pemangku kepentingan multi sektoral, termasuk Bapak Ibu sekalian yang hadir pada kesempatan ini, memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan zoonosis, ataupun penyakit infeksius baru untuk mewujudkan Kalbar sehat,” kata Rustamaji.
Di tempat yang sama, mewakili Pj Gubernur Kalimantan Barat, Asisten 1 Setda Prov Kalbar, Linda Purnama, turut menyuarakan kekhawatiran akan ancaman serius penyakit rabies di Kalimantan Barat.
Linda menyebutkan bahwa sampai dengan awal Desember 2023 terdapat 5.249 kasus gigitan hewan dan 16 kematian akibat rabies, sehingga perlu upaya serius dari pimpinan di kabupaten/kota untuk melakukan pencegahan.
“Kegiatan ini merupakan upaya mencegah korban lebih banyak lagi di Kalbar untuk kasus rabies, terutama di musim penghujan yang juga meningkatkan risiko penyakit demam berdarah,” katnya.
Seminar ini diharapkan menjadi langkah awal komunikasi dan koordinasi para pihak dalam mewujudkan Kalimantan Barat Sehat dengan pendekatan One Health. Kegiatan berskala nasional ini bertujuan mencapai pemahaman, kesepakatan, dan komitmen bersama untuk melakukan pencegahan dan pengendalian zoonosis serta penyakit infeksius baru di Kalimantan Barat.*