Kolase.id – The Antheia Project sejak 2020 telah memulai menginisiasi program-program edukasi dan aksi lingkungan. Gerakan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan secara global khususnya masalah persampahan.
Sebagai gerakan pemuda, lembaga ini mengajak masyarakat untuk bertindak sejak sekarang melalui program edukasi, pengelolaan sampah berkelanjutan, dan rehabilitasi kehidupan laut untuk melindungi bumi.
“The Antheia Project digerakkan oleh generasi muda yang ingin membawa perubahan baik untuk lingkungan demi memastikan bahwa ruang hidup kami di masa depan yang kami tinggali bisa tetap lestari,” ujar Ruhani Nitiyudo, Co-Founder of The Antheia Project di Jakarta, Jumat (30/12/2022).
The Antheia Project memiliki grand project bernama Beach Clean Up. Beach Clean Up adalah sebuah aksi pembersihan lingkungan sekaligus melakukan edukasi yang dapat dilakukan di berbagai tempat antara lain di pulau-pulau kecil, permukiman, pantai, pasar, dan tempat-tempat lainnya.
Ruhani mengatakan, sebuah aksi harus diikuti dengan edukasi, Beach Clean Up berawal dari keresahan melihat banyaknya sampah di laut. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2).
Mengingat luas lautan Indonesia yang totalnya 3,25 juta km2, bisa diperkirakan bahwa jumlah sampah di laut Nusantara secara keseluruhan sudah mencapai 5,75 juta ton.
Data ini juga yang menggerakkan The Antheia Project melakukan aksi Beach Clean Up. Sejak Beach Clean Up 1 hingga 4, berbagai jenis sampah kami temui. Dalam periode Beach Clean Up menurut kami styrofoam adalah sampah yang sering ditemui yang bentuknya sudah menjadi pecahan kecil-kecil.
Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 18 kota utama Indonesia menemukan 0,27 juta ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut selama kurun waktu 2018. Sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah styrofoam. Saat ini banyak orang menggunakan styrofoam karena mudah digunakan, tetapi sangat sulit untuk dihancurkan.
Dalam proses pembuatan styrofoam, chlorofluorocarbons atau CFC terlibat. Bahkan setelah itu, styrofoam tidak bisa terurai. Styrofoam membutuhkan waktu sekitar 500-1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Namun, styrofoam tidak terurai sempurna, melainkan berubah menjadi mikroplastik dan dapat mencemari lingkungan. Hal ini juga yang menyebabkan Styrofoam disebut sebagai sampah abadi.
Melihat fenomena ini, The Antheia Project memiliki sebuah aksi yang lebih progresif yaitu kampanye #SayNoToStyrofoam. Pengelolaan sampah yang kurang baik membuat The Antheia Project tergerak untuk membenahi dan mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi.
“Langkah The Antheia Project dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik tidak akan berhenti di sini. Kami akan terus dan selalu melakukan edukasi dan aksi bersih-bersih lingkungan, menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk ditempati,” ujarnya.
Beach Clean Up akan terus dilakukan di tahun 2023 dengan mengusung berbagai aktivitas baru. Dia berharap aksi ini, #SayNoToStyrofoam tidak berhenti sampai di sini.
“Mari kita tumbuhkan semangat cinta lingkungan setiap hari. Kita jaga kebersihan lingkungan. Mulailah dengan mengurangi atau mengganti wadah makanan styrofoam. Kebersihan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi untuk banyak orang dan lingkungan yang lebih lestari,” pinta Ruhani.
Antheia Beach Clean Up Vol. 4 #SayNoToStyrofoam memiliki pesan edukasi dan aksi untuk selalu melakukan hal-hal baik kepada alam, termasuk membersihkan lingkungan.
Ke depan The Antheia Project akan terus melakukan aksi Beach Clean Up dan memberikan surat-surat imbauan kepada perusahaan-perusahaan yang masih menggunakan styrofoam. “Kami juga akan melakukan diskusi dengan pemerintah untuk bersama-sama mencari solusi sampah styrofoam,” ucapnya.
Sementara Samira Jha, Co-Founder of The Antheia Project mengatakan pihaknya ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bisa merawat alam dalam kehidupan keseharian, agar bisa menciptakan kehidupan yang sehat dan harmonis dengan alam.
“Sampah styrofoam yang tidak dibuang merupakan masalah yang harus segera diatasi dan membutuhkan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah pusat dan daerah. Kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan juga diperlukan untuk mendukung gerakan dan semakin banyak orang yang terlibat untuk bersikap baik kepada alam,” ujar Samira.
Pada kegiatan Antheia Beach Clean Up Vol. 4 yang diselenggarakan di Permukiman Muara Baru pada 3 Desember 2022, pihaknya melihat berbagai permasalahan sampah yang kompleks di sini. The Antheia Project bersama berbagai kawan-kawan yang peduli lingkungan memberikan edukasi ke anak-anak dan orang tua hingga melakukan aksi bersih-bersih bersama.
“Tahun ini kami banyak melakukan kolaborasi dengan institusi pendidikan antara lain Sampoerna Academy BSD Campus, Universitas Paramadina, Esmod Jakarta, dan siswa MTS Negeri 26 Kepulauan Seribu Kampus C dengan melakukan workshop waste management,” terangnya.
Program Beach Clean Up 1 sampai 4, sambung Samira, total limbah yang telah dikumpulkan adalah 1.545,503 kg dari beberapa jenis kategori seperti logam, styrofoam, karet, kaca atau gelas, plastik, kain, organik, jaring nelayan, kabel dan non-organik.
Kategori limbah terbesar dari Beach Clean Up adalah limbah plastik. Total lebih dari 500 orang yang mengikuti aksi Beach Clean Up. “Kami juga melakukan berbagai webinar dengan total lebih dari 200 orang generasi muda yang mengikuti. Serta lebih dari 50 partner yang terdiri dari komunitas lingkungan, organisasi lingkungan, perusahaan, dan sekolah yang telah bergandeng tangan bersama kami untuk turut ikut serta berkolaborasi dalam program yang telah kami laksanakan.”
The Antheia Project percaya kekuatan kolaborasi membuat perubahan besar untuk bumi yang lebih baik. “Tahun 2023 akan menjadi tahun yang besar bagi kami untuk melakukan lebih banyak aksi dan edukasi pengurangan limbah. Kami harap The Antheia Project bisa menjadi inspirasi bagi semua orang untuk selalu peduli dan cinta terhadap lingkungan.”
The Antheia Project juga memiliki Antheia Label yang berkontribusi untuk sustainable fashion. Selain itu lembaga ini juga memiliki sebuah majalah atau Antheia Magazine, majalah lingkungan pertama di Indonesia yang diinisiasi oleh generasi muda.
Tahun 2023 akan ada banyak kegiatan yang dilakukan dalam kampanye #SayNoToStyrofoam. Seperti edukasi ke berbagai kampus, membagikan buku panduan pengelolaan sampah berkelanjutan yang nantinya akan diajukan sebagai penambah kurikulum mengajar, workshop pengelolaan limbah, Beach Clean Up, dan berbagai aksi serta edukasi lingkungan.
The Antheia Project akan terus melakukan Marine Life Project yang berfokus pada pengembalian kehidupan laut dan berbagai aksi perubahan yang baik untuk alam.*