Kolase.id – Bupati Kapuas Hulu Fransiskus Diaan membuka Pekan Konservasi Desa Nanga Lauk, Senin (7/8/2023). Pesta rakyat yang terjalin atas kerja sama Yayasan PRCF Indonesia, Pemerintah Desa Nanga Lauk, KPH Kapuas Hulu Utara, dan LPHD Lauk Bersatu ini sarat dengan pesan-pesan konservasi.
“Sejauh ini, konservasi sudah dapat dinikmati oleh masyarakat dalam skala kecil. Hanya saja, dalam skala lebih luas di kabupaten, kita belum dapat apa-apa,” katanya di Gedung Serbaguna Desa Nanga Lauk, Kecamatan Embaloh Hilir, Kapuas Hulu.
Menurut Sis, sapaan akrab Fransiskus Diaan, Kapuas Hulu telah mendedikasikan dirinya sebagai kabupaten konservasi. Namun apa yang didapatkan dari kebijakan konservasi ini belum sama sekali dirasakan oleh pemerintah kabupaten.
“Minimal kebijakan itu dapat mendongkrak pendapatan asli daerah. Kita diminta menjaga dan melestarikan hutan. Namun kita dapat apa dari usaha menjaga semua itu. Saya minta bantuan kawan-kawan PRCF untuk melakukan kajian yang lebih komprehensif tentang hal ini,” sebutnya.
Sis juga menyoroti sejumlah persoalan yang dikemukakan oleh Kepala Desa Nanga Lauk Agus Yanto. Dalam sambutannya, Agus menyampaikan usaha-usaha konservasi yang telah dilakukan warga di Desa Nanga Lauk melalui Lembaga Pengelola Hutan Desa Lauk Bersatu.
“Usaha-usaha konservasi yang dilakukan selama ini telah membuahkan hasil. Kami sudah menerima penghargaan Wana Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2022,” kata Agus Yanto.
Selain itu, ada empat hal yang menjadi momok bagi Desa Nanga Lauk. Keempat persoalan dimaksud adalah infrastruktur jalan sepanjang 13 kilometer yang menghubungkan Desa Nanga Nyabau dengan Desa Nanga Lauk. Selanjutnya adalah PLN, telekomunikasi, dan jembatan gantung penghubung Dusun Lauk Kiri dan Lauk Kanan.
Menurut Agus, luas wilayah Desa Nanga Lauk mencapai 12 ribu hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 781 jiwa atau 233 kepala keluarga. Ada pun potensi alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah hasil hutan bukan kayu.
Dalam konteks persoalan Desa Nanga Lauk, Sis berjanji akan membantu mengarusutamakan persoalan vital seperti infrastruktur jalan, PLN, telekomunikasi, dan penyelesaian jembatan gantung.
“Untuk jalan sepanjang 13 kilometer membutuhkan biaya yang sangat besar, sementara APBD kita terbatas. Kemugkinan pembangunannya akan dilakukan secara bertahap. Kemudian listrik, tentu akan mengikuti kondisi jalan yang dibangun. Begitupun telekomunikasi. Nah, khusus jembatan gantung, jika biayanya tidak terlampau besar maka hal itu bisa kita lakukan di tahun 2024 mendatang,” ucapnya.
Sementara Direktur PRCF Indonesia Imanul Huda mengapresiasi kehadiran Bupati Kapuas Hulu Fransiskus Diaan. “Kami ucapkan terima kasih atas support yang diberikan kepada warga Desa Nanga Lauk melalui Pekan Konservasi ini,” ucapnya.
Menurut Imanul Huda, saat ini Yayasan PRCF Indonesia bekerja di sejumlah desa, baik di wilayah selatan maupun utara Kapuas Hulu. “Kami bekerja melalui program perhutanan sosial, termasuk di Hutan Desa Nanga Lauk dengan harapan warga dapat menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan, dalam laku hidup sehari-hari,” kuncinya.*