Kolase.id – The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) hadir di Kampus Universitas Tanjungpura Pontianak. Kehadiran delegasi organisasi jurnalis lingkungan ini sebagai syiar pengetahuan di bidang jurnalistik dan isu-isu lingkungan terkini.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan Sylva Indonesia Pengurus Cabang Universitas Tanjungpura Pontianak Syarif Redho mengatakan, pihaknya memiliki program Kelas Media. Program ini dijalankan oleh Divisi Informasi dan Komunikasi BEM Fahutan Sylva Indonesia PC Untan.
“Melalui program ini, kami berusaha menghadirkan delegasi SIEJ, agar dapat membantu membagi ilmu jurnalistik lingkungan kepada mahasiswa Fahutan yang tertarik dengan ilmu komunikasi,” katanya di Camp Arboretum Sylva Untan, Sabtu (4/2/2023).
Redho mengatakan jurnalisme lingkungan kini mendapat perhatian serius kaum muda kampus. Hal ini beranjak dari menjamurnya platform digital yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi konten berupa tulisan, foto, maupun video.
“Tanpa ilmu jurnalistik yang memadai, saya kira pesan yang disampaikan melalui media sosial akan tidak efektif. Itulah dasarnya sehingga kami menghadirkan praktisi jurnalistik lingkungan dari SIEJ,” kata Redho.
Harapannya, sambung Redho, kerja-kerja kolaboratif seperti ini dapat terus terjalin antara BEM Fahutan Sylva Indonesia PC Untan dengan SIEJ.
Hadir sebagai pemateri pada sesi Kelas Media kali ini adalah Andi Fachrizal, Ketua Dewan Pengawas (Dewas) SIEJ sekaligus jurnalis dan pendiri situs berita ekonomi dan lingkungan Kolase.id. Selain itu, hadir pula jurnalis Pontianak Post Arief Nugroho yang juga Koordinator Simpul Kalbar SIEJ.
“SIEJ tentu menyambut baik inisiatif kawan-kawan BEM Fahutan Sylva Indonesia PC Untan. Ini juga menjadi momentum bagi SIEJ untuk berbagi ilmu jurnalistik sekaligus pengetahuan tentang isu-isu lingkungan terkini,” kata pria yang akrab disapa Rizal Daeng ini.
Sesi Kelas Media diisi dengan materi dasar jurnalistik dan praktik menulis. Sesuai keilmuan yang sedang ditimba oleh mahasiswa, isu yang disodorkan tidak keluar dari frame lingkungan dan kehutanan.
Hasil pelatihan menunjukkan nilai positif. Mahasiswa terbilang cepat menyerap ilmunya. Ini lantaran pemateri tidak sekadar menyodorkan teori kepenulisan semata, tetapi mengenalkan nilai isu, dan langsung praktik di alam terbuka.
“Umumnya mahasiswa sudah mengenali Arboretum Sylva Untan. Termasuk keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Tinggal satu hal saja. Mereka belum memiliki kecakapan khusus dalam menulis,” sebut Rizal Daeng.
Di Arboretum itulah mereka menjalankan praktik menulis. Di sana juga mereka bebas berekspresi. Menentukan objek yang akan ditulis, membidik angle (sudut), dan fokus pada sudut pandang yang ditentukan sendiri.
“Semoga upaya ini dapat bermanfaat bagi seluruh peserta Kelas Media dan menumbuhkan bibit-bibit penulis yang militan dengan isu lingkungan,” harap Rizal Daeng.*