Sosial  

Panitia Lomba Video Anti Hoax Perpanjang Periode Kompetisi Hingga 7 Desember

Cegah penyebaran disinformasi dan libatkan masyarakat dalam upaya meningkatkan literasi digital

Avatar
Trainer Cek Fakta Google News Initiative dan Dewan Juri Lomba Video Anti Hoax Edho Sinaga. Foto: Dok. Kolase

Kolase.id – Kompetisi video anti disinformasi yang diselenggarakan oleh Hoax Crisis Center Indonesia mendapat respon positif dari para peserta. Lantaran antusiasme peserta yang tinggi, panitia memperpanjang periode kompetisi hingga 7 Desember 2023. Hal itu dilakukan untuk memperluas kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam upaya pencegahan penyebaran informasi palsu di media sosial.

Ketua Panitia Lomba Video Pemilu Anti Disinformasi Arniyanti menyambut baik antusiasme masyarakat terhadap kontes tersebut. Ia berharap dapat melihat lebih banyak konten video kreatif untuk membantu mengedukasi masyarakat tentang bahaya berita palsu dan cara mengenali disinformasi.

“Kami sangat senang melihat partisipasi aktif warga dalam upaya memerangi penyebaran informasi palsu. Dengan memperpanjang periode kompetisi, kami mendukung upaya menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan tepercaya. Kami mendorong lebih banyak orang untuk berpartisipasi,” katanya.

Arniyanti kembali menegaskan bahwa tujuan lomba ini adalah untuk mencegah penyebaran disinformasi dan melibatkan masyarakat dalam upaya meningkatkan literasi digital. Kompetisi ini merupakan upaya penuh untuk mengatasi masalah hoax yang semakin mengkhawatirkan di masyarakat.

“Melalui karya video yang dikirimkan peserta, kami berharap dapat menyampaikan pesan edukasi dan meningkatkan kesadaran akan bahaya berita bohong,” ujarnya.

Arniyanti menambahkan, saat ini peserta yang mengirimkan video tidak hanya dari Kota Pontianak saja namun juga dari kota lain di Indonesia. Ia juga mengapresiasi para peserta yang mengirimkan video dengan berbagai kreativitasnya. Bahkan ada peserta mengirimkan lebih dari satu video.

Oleh karena itu, dia mengingatkan para peserta yang belum mengirimkan karyanya untuk segera menyampaikan ide dan solusi kreatif dalam bentuk video yang dapat menyampaikan pesan anti-disinformasi secara jelas. “Masih ada waktu untuk mengembangkan ide kreatif dengan adanya video yang disertakan,” kata Arniyanti.

Lain tempat, salah satu juri, Hamdan Darsani, mengatakan bahwa setiap video yang dikirimkan para peserta memiliki keunikan dan kredibilitas tersendiri sehingga mampu menyampaikan pesan anti disinformasi dengan cara yang kreatif dan mendidik peserta untuk menyampaikan pesannya.

Trainer Cek Fakta Google News Initiative ini mengatakan juri telah menerima sejumlah karya luar biasa yang menyoroti pentingnya memerangi berita palsu dan meningkatkan literasi digital di masyarakat. Namun seiring kemeriahan dan semangat yang terus tumbuh, dia yakin bahwa memperpanjang kompetisi adalah pilihan yang tepat.

“Keputusan ini diambil dengan harapan dapat memberikan kesempatan lebih lanjut kepada peserta untuk menghasilkan karya yang lebih berkualitas dan mendalam,” tutup Hamdan.

Sementara itu lomba video anti disinformasi ini meminta peserta untuk membuat video pendek yang mengedukasi masyarakat tentang bahaya disinformasi dan cara mendeteksinya. Peserta juga diharapkan mampu memberikan solusi dan langkah konkret untuk meredam penyebaran disinformasi di media sosial.

Dewan juri lainnya, Edho Sinaga mengatakan lomba ini dibuat sebagai bentuk partisipasi publik untuk melawan hoax lewat video. “Hadiah yang diberikan juga sangat besar, mulai dari Rp5 juta untuk juara 3, Rp7,5 juta untuk juara 2 dan Rp10 juta untuk juara 1,” kata Wakil Ketua KI Kalbar ini.

Trainer Cek Fakta Google News Initiative ini mengatakan perpanjangan periode ini diberikan untuk menampung seluas-luasnya ide kreatif melalui video. Karena lomba ini bukan hanya untuk warga Kalbar saja, melainkan seluruh Indonesia.

“Kami berharap, di tengah panasnya isu politik, tetap riang gembira dan melawan hoax di Pemilu 2024 nanti. Gaya khas milenial dan gen z, yang suka audio visual, menjadi alasan kenapa melawan hoax juga harus gunakan itu. Kita berharap, ke depan pesta demokrasi berjalan baik dengan adu gagasan, bukan adu fitnah dan hoax,” pungkas Edho Sinaga.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *