Kolase.id – Sebuah diskusi umum bertajuk “Sastra, Lingkungan, dan Perkara Tentangnya” diselenggarakan di Nowadays Coffee Pontianak, Kamis (18/12/2025). Kegiatan ini merupakan ruang pertemuan gagasan antara bidang sastra, gerakan lingkungan, dan kebudayaan.
Diskusi bertujuan membuka refleksi bersama tentang krisis ekologis yang kian nyata, serta peran sastra dalam membangun empati, kesadaran, dan tanggung jawab manusia terhadap alam.
Di tengah meningkatnya bencana ekologis, diskusi ini diharapkan menjadi medium dialog yang menghubungkan pengalaman personal, kerja advokasi, dan pembacaan kultural.
“Kami percaya, sastra memiliki relasi yang erat dengan isu lingkungan karena mampu menerjemahkan krisis ekologis ke dalam bahasa yang dekat dengan pengalaman manusia, sehingga persoalan alam tidak hanya dipahami sebagai data atau laporan ilmiah, tetapi sebagai luka, kehilangan, dan tanggung jawab moral,” ujar pembicara Abroorza A. Yusra, penulis novel Danum (terbit 2021) dan Diyawa si Kaki Merah (2025) yang menjadi inisiator penyelenggaraan acara ini.
Dalam diskusi, hadir pula M. Hermayani Putera, pegiat lingkungan dan sosial dengan pengalaman pendampingan masyarakat melalui beberapa NGO, seperti WWF Indonesia dan USAID Segar.
Selain itu, juga ada Hatta Budi Kurniawan, budayawan yang aktif dalam Lembaga Siberdaya dan Badan Musyawarah Kebudayaan Kalimantan Barat. Acara dipandu oleh Hera Yulita sebagai moderator.

“Saat lingkungan rusak, sering kali yang paling dulu hilang justru adalah ceritanya. Untuk itulah sastra hadir mencoba mengisi kekosongan itu: merekam, menggugat, dan kadang menyentil kita dengan cara yang tak bisa dilakukan angka dan data. Diskusi ini mengajak kita melihat apakah kata-kata masih punya daya melawan lupa, dan berani berpihak pada alam yang terus disisihkan? Kita baru merasa kehadiran alam itu sangat penting kita jaga ketika ia melawan dan menegur dengan caranya sendiri,” ujar M. Hermayani Putera.
Selain diskusi, terdapat pembacaan karya yang dilakukan oleh penyair, Ilham Setia, dan penulis sekaligus pegiat literasi, Iin Parlina. Keduanya menampilkan pembacaan karya-karya bertema lingkungan.
Sebagai bentuk solidaritas terhadap bencana yang terjadi di Sumatra, diselenggarakan pula bazar buku yang mana seluruh hasil penjualan buku selama bazar didonasikan ke Sumatra melalui Yayasan PRCF Indonesia.
“Dengan cara ini, harapannya, penulis yang ingin berdonasi namun belum tersampaikan, dapat tetap berdonasi dengan “menggratiskan” buku mereka. Para pembeli buku juga bisa berdonasi dan mendapat oleh-oleh buku. Insyaallah kedua pihak mendapat pahala dan kebaikan,” ujar Abroorza A. Yusra.
Acara ini didukung oleh Lembaga Siberdaya, Yayasan PRCF Indonesia, Komunitas Setara, Kopermekha Bekate, dan Forum Penulis Barat Borneo, dan Nowadays Coffee.
”Kontribusi dan partisipasi berbagai pihak ini menunjukkan besarnya perhatian kita terhadap isu lingkungan yang terjadi di negara kita. Sastra mampu menjadi media untuk menyampaikan kegelisahan kita,” ujar Abroorza A. Yusra*












