Kisah Deden, Pelopor Kopi Panas Bumi Pertama di Dunia dari Kamojang

Geothermal Coffee Process (GCP) sebagai usaha pengolahan kopi yang terintegrasi dari hulu ke hilir

Avatar
Kopi pertama di dunia yang diproses dengan uap panas bumi. Foto: Dok. PGE

Go international

Pada tahun pertama peluncuran, Deden mengatakan ada pihak dari luar negeri yang tertarik untuk meniru sistem ini. “Kami merasa penting untuk segera mematenkannya. Daripada konsep ini diadopsi pihak luar terlebih dahulu, lebih baik kita kembangkan di dalam negeri. Kami ingin agar masyarakat Indonesia, khususnya di daerah penghasil kopi yang dekat dengan sumber panas bumi, bisa lebih dulu menerapkan konsep serupa,” harap Deden.

Inilah yang mendorong semangat Deden untuk mengenalkan kopi panas bumi sebagai inovasi asli Indonesia ke tingkat global. Usaha tersebut membuahkan hasil, karena GCP berhasil menembus pasar internasional dengan mulai mengekspor produknya ke Jepang. Tahun ini, mereka bahkan menargetkan perluasan ekspor ke wilayah Eropa.

Kolaborasi sebagai kunci

Sebagai pelopor kopi berbasis panas bumi di dunia, Deden terus berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan mutu kopi yang dihasilkannya. “Jika berbicara soal keberlangsungan bisnis, tentu tidak cukup hanya mengandalkan sisi inovatifnya saja. Justru kualitas produk tetap menjadi perhatian utama, agar pembeli tidak hanya tertarik di awal, tapi juga terus melakukan pembelian ulang karena puas dengan cita rasa dan konsistensinya,” ungkapnya.

Bagi Deden, kolaborasi antarpihak menjadi kunci untuk menghadirkan manfaat yang lebih luas melalui kopi panas bumi. Ia pun menyampaikan apresiasinya kepada PGE Area Kamojang yang telah memberi dorongan besar dalam proses inovasi hingga membawa kopi karyanya melangkah ke pasar global.

“Sejak awal, teman-teman di PGE Kamojang selalu percaya dan memberi semangat agar saya terus mencoba hal-hal baru. Kolaborasi ini bukan cuma soal melahirkan kopi panas bumi pertama di dunia, tapi juga jadi pintu bagi kami, pelaku usaha lokal, untuk berkembang, belajar, dan bermimpi lebih besar. Kami makin merasakan manfaat panas bumi, bukan cuma sebagai sumber listrik di rumah, tapi juga sebagai pintu yang membuka peluang hidup lebih baik lagi,” pungkasnya.

Berbekal latar belakang sebagai lulusan SMK Farmasi, Deden kini tengah menjajaki peluang melanjutkan kuliah S1 lewat program beasiswa dari PGE. Ia berencana mengambil jurusan manajemen bisnis, karena menurutnya, menciptakan produk baru hanyalah permulaan dari sebuah usaha, tapi kemampuan membangun perusahaan yang berkelanjutan itu yang menantang.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *