Kader Kesehatan Gugah Kesadaran Sehat Warga Batu Ampar dan Medan Mas

Terungkap ada risiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) aktivitas kepala keluarga yang membuat arang briket dari kayu

Avatar
Kader Kesehatan Rafflesia di Dusun Meda Deli saat membenahi kebu sehat yang mereka kelola. Foto: Andi Fachrizal/Kolase.id

Kolase.id – Terik matahari menyengat tubuh ketika sekumpulan Ibu-ibu sedang berbenah di kebun. Aneka macam tanamannya. Ada cabai, kangkung, terung, kacang, dan sebagainya. Inilah cikal-bakal Kebun Sehat.

Kebun itu dikelola oleh Kader Kesehatan Rafflesia di Dusun Medan Deli, Desa Medan Mas, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kader kesehatan lainnya juga ada di Dusun Sungai Masjid. Namanya Kader Kesehatan Kamboja. Aktivitasnya sama seperti dilakukan oleh Kader Kesehatan Rafflesia.

Tidak hanya mengelola kebun sehat, kader kesehatan ini juga terlibat aktif menggedor pintu rumah warga agar datang memeriksakan kesehatannya secara rutin di Pos Pembinaan Terpadu (Pospindu) setempat.

Saat ini, Kader Kesehatan Rafflesia hanya beranggotakan lima orang dan diketuai Iyutnawati. Di tengah keterbatasan itu, ternyata semangat mereka untuk membangun kesadaran warga tentang arti penting hidup sehat, patut dijadikan tauladan bagi warga lainnya.

Ini bermula dari keinginan memacu diri. Hasrat meningkatkan kapasitas kaum perempuan seperti menggebu. “Kami ingin belajar, memacu diri agar warga di desa kami, khususnya perempuan dapat berkembang dan maju seperti desa-desa lainnya di Batu Ampar,” kata Iyutnawati di Dusun Medan Deli, Desa Medan Mas, 1 September 2023.

Gayung pun bersambut. Yayasan Hutan Biru (YHB) hadir di Desa Medan Mas pada 2020. YHB adalah lembaga nirlaba, nonpartisan. Gerakannya berfokus pada pelestarian ekosistem secara holistik dan sistemik di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai. Ini dimaksudkan untuk merespon kekhawatiran dunia akan merosotnya mutu lingkungan melalui kegiatan-kegiatan partisipatoris.

Lembaga ini juga memfasilitasi pertukaran ide-ide dan informasi dalam hal konservasi mangrove, pengembangan mata pencaharian alternatif, dan pendidikan lingkungan hidup. YHB menggunakan pendekatan riset aksi partisipatif dan proses penyelesaian masalah berdasarkan paradigma ”local to global to local”.

Di sinilah warga Desa Medan Mas mulai mengenal Purwa Indra Santoso, Staf Kesehatan Lapangan YHB. Mereka pun beranjak beriringan, meniti jalan pendampingan dari sebuah lembaga dengan segala dinamika dalam prosesnya.

Berdasarkan data Indeks Desa Membangun (IDM) 2023, luas Desa Medan Mas mencapai 38.597 hektar, dengan jumlah penduduk 1.243 jiwa atau 363 kepala keluarga.

Bagi tim YHB, membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kepedulian menjaga kesehatan bukanlah perkara mudah. Namun, ini tantangan yang harus dihadapi oleh YHB di tengah-tengah masyarakat pesisir. Tak hanya di Desa Medan Mas, tetapi juga di Desa Batu Ampar.

Purwa Indra Santoso mendapat mandat melakukan advokasi dan pendampingan program kesehatan. “Masyarakat yang sadar akan kesehatan, tentu punya peluang untuk hidup berkualitas dan sehat. Begitu pula anak yang tumbuh dan berkembang dengan baik, memiliki harapan hidup yang lebih panjang,” kata Purwa.

Beranjak dari itu semua, YHB kemudian menilai pentingya keberadaan kader kesehatan yang bisa menyampaikan pesan berisi ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

Gerakan pun dimulai. Sejak tahun 2022 YHB secara simultan mengadvokasi Kader Posyandu di Desa Batu Ampar dan Medan Mas. Para Kader Posyandu yang tadinya hanya berkonsentrasi pada penyuluhan bayi, balita, dan lansia kemudian ditingkatkan kapasitas dan pengetahuannya agar dapat memberi penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan secara umum.

Total 24 kader kesehatan dari dua desa itu perlahan menjalankan peran untuk melakukan penyadartahuan masyarakat tentang pentingya asupan gizi dan sanitasi yang baik dalam menunjang kebiasaan hidup kesehatan.

Terdapat 50 sampel keluarga dari dua desa itu rutin dilakukan kunjungan berulang untuk memonitor perilaku hidup di rumah dan mengadvokasi para ibu hamil, lansia, dan orangtua agar membawa bayi serta balita datang ke posyandu. Kunjungan itu dilakukan secara simultan selama tiga bulan.

Sebelumnya, kader posyandu terkesan pasif dengan menunggu kunjungan. Kini lebih aktif menemui para keluarga untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Hasilnya, kesadaran warga meningkat. Selain itu, keluarga tersebut juga telah memahami bagaimana cara mengakses program pelayanan kesehatan.

Kendati demikian, masih ada beberapa keluarga yang belum begitu terbuka menyampaikan informasi lantaran alasan kearifan lokal (praktik dukun beranak) dan persoalan trust issue dengan para praktisi kesehatan dan fasilitas kesehatan, utamanya pada jenis layanan persalinan.

“Memang masih terdapat beberapa keluarga yang percaya bahwa persalinan aman masih bisa dilakukan di rumah dengan bantuan dukun beranak,” kata Purwa.

Informasi lainnya juga terhimpun dari kegiatan kunjungan dari pintu ke pintu oleh para kader kesehatan di Desa Medan Mas dan Batu Ampar. Satu di antaranya adalah risiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) aktivitas kepala keluarga yang bekerja dari kerajinan arang briket dari kayu.

Keluhan dijumpai di antaranya rasa sakit akibat dari gangguan tulang belakang, pembekakan pada area tubuh tertentu, dan nyeri pada bagian anggota gerak. Temuan dan data di lapangan itu menjadi bahan bagi YHB berkaitan alternatif livelihood yang bisa dikerjakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *