Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono turut mengapresiasi gerakan ini. Ia menegaskan bahwa kolaborasi antara komunitas, pemerintah, dan masyarakat luas menjadi kunci menekan laju sampah plastik.
“Setiap Iduladha, jumlah sampah plastik meningkat tajam. Jika kita tidak melakukan tindakan konkret, kerusakan lingkungan akan terus memburuk,” tegas Edi.
Kebijakan Pemerintah Kota pun sejalan dengan inisiatif ini, ditandai dengan Surat Edaran Wali Kota Nomor 30 Tahun 2025 yang mengimbau pelaksanaan kurban tanpa sampah kantong plastik.
Edi menegaskan komitmen Pemkot untuk membuka ruang kerja sama dengan pelaku UMKM pengrajin besek, komunitas lingkungan, dan sektor swasta guna memastikan ketersediaan alternatif ramah lingkungan yang terjangkau.
“Ini bukan hanya soal Iduladha, tetapi tentang masa depan kota dan generasi mendatang. Kita ingin membentuk budaya baru yang lebih bertanggung jawab terhadap alam,” ujarnya.
Dengan mengangkat kembali penggunaan besek dan menanamkan kebiasaan membawa kantong belanja sendiri, Eco Bhinneka menunjukkan bahwa aksi lokal mampu memberi dampak global.
Di tengah darurat plastik yang merusak ekosistem laut dan darat, gerakan kecil seperti ini adalah bentuk nyata dari harapan.*
Pelestarian lingkungan tidak harus dimulai dari kebijakan besar, tapi bisa dari satu besek bambu yang mengurangi satu kantong plastik. Dan jika setiap warga turut bergerak, perubahan besar bukan hal yang mustahil.*