Kolase.id – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kalimantan Barat bersama mitra konservasi menggelar Lokakarya Perlindungan Spesies dan Pengembangan Bioprospeksi pada 5-6 Juni 2024 di Hotel Golden Tulip Pontianak. Agenda ini menjadi bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik Nunu Nugraha membuka kegiatan tersebut mewakili Dirjen KSDAE. Hadir menyampaikan sambutan Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat RM. Wiwied Widodo dan Rektor Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Garuda Wiko.
Dirjen KSDAE dalam sambutan yang dibacakan Direktur KKH menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Balai KSDA Kalbar bersama seluruh elemen yang telah menyelenggarakan acara lokakarya.
Dirjen KSDAE menyampaikan ada empat arahan bioprospeksi ke depan. Pertama, identifikasi potensi Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional yang berkaitan dengan Bioprospecting. Kedua, implementasi dan fasilitasi Intelectual Property Right (IPR)/Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) terhadap hasil Bioprospecting.
Ketiga, penguatan regulasi pemanfaatan sumber daya genetik secara komersial termasuk mekanisme pembagian keuntungan yang berkeadilan atas pemanfaatan sumber daya genetik (benefit sharing). Keempat, membangun mekanisme pendanaan berkelanjutuan atas pemanfaatan bioprospecting.
Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat RM Wiwied Widodo dalam sambutannya menyampaikan bahwa bioprospeksi merupakan isu yang relatif baru dan hangat dalam pengelolaan sumber daya hayati.
Cakupan bioprospeksi meliputi beberapa bidang, seperti kehutanan, pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, farmakologi atau farmasi, kedokteran, dan bidang lain yang berkaitan dengan organisme.
Menurut Wiwied Widodo, pihaknya telah menginisiasi beberapa agenda meliputi konservasi dan pengembangan bioprospeksi Nepenthes clipeata, uji awal farmaka terhadap Rennelia borneensis dan Rennelia eliptica, serta prospek bioprospeksi Hanguana sitinurbayae.
Untuk Nepenthes clipeata, kata Wiwied Widodo, Balai KSDA Kalbar bekerja sama dengan Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura untuk mengidentifikasi jenis mikroba pada substrat Nepenthes clipeata melalui DNA Molekuler dan menguji potensi Bioprospeksi Mikrobioma Rhizosfer Substrat Nepenthes clipeata.
Balai KSDA Kalbar juga telah melakukan studi Fitokimia dua jenis spesies Etnofarmaka (Rennelia borneensis & Rennelia eliptica) pada kawasan TWA Gunung Melintang dan Cagar Alam Gunung Nyiut di Laboratorium Konversi Kimia Biomaterial, Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Tahun 2024 ini kita akan mulai melakukan studi aktivitas penyembuhan luka spesies Hanguana sitinurbayae,” terang Wiwied Widodo.
Rektor Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Garuda Wiko dalam sambutannya menyampaikan bahwa Universitas Tanjungpura siap mendukung dan menjaga keanekaragaman hayati yang ada di Kalimantan Barat.
“Peran akademisi dalam pengembangan bioprospeksi sangat penting karena akademisi membawa pengetahuan, keahlian, dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan inovasi dalam bidang ini,” katanya.
Melalui peran-peran ini, sambung Garuda Wiko, akademisi dapat menjadi motor penggerak dalam pengembangan bioprospeksi yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan manusia.*