Kolase.id – Kolektif Bumi Butuh Aksi (BBA) menggelar aksi Climate Strike sebagai ekspresi kekecewaan terhadap sikap pemerintah yang abai dalam menghadapi ancaman krisis iklim.
Kolektif Bumi Butuh Aksi melihat ancaman krisis iklim ini semakin nyata dan mengancam masa depan umat manusia. Alih-alih serius menanggapi ancaman ini, pemerintah Indonesia malah menyangkal dan mengadopsi solusi-solusi palsu yang justru memberikan karpet merah dan keuntungan bagi perusak lingkungan.
Merespon hal tersebut, individu, komunitas, dan organisasi yang tergabung dalam kolektif Bumi Butuh Aksi menyatakan sikap untuk memukul mundur krisis iklim dengan cara anak muda sendiri lewat solusi-solusi nyata dan terus menekan pemerintah dan pelaku bisnis untuk melakukan perubahan sistematis dan melakukan aksi iklim sesegera mungkin.
“Kami memiliki keresahan yang sama tentang bumi masa mendatang, hari ini saja kita sudah dapat melihat dampak krisis iklim dari Pesisir Utara Pulau Jawa yang setiap tahunnya semakin tenggelam,” ujar Reka Maharwati, Perwakilan Enter Nusantara.
Menurutnya, sudah tiga tahun sejak Climate Strike pertama di Indonesia menunggu langkah dari pemerintah untuk merespon keresahan anak muda.
“Tetapi kok sampai tahun ini mereka abai dengan ancaman nyata ini? Maka sudah saatnya kita rapatkan diri untuk saling bantu antarkolektif yang memiliki keresahan yang sama, dan mengabaikan balik pemerintah di tahun-tahun penting mereka membutuhkan suara kita,” cetus Reka.
Kegiatan Climate strike merupakan sebuah gerakan global anak-anak muda di dunia, yang terinspirasi dari School Strike yang dilakukan oleh Greta Thunberg di tahun 2018.
Di tahun ini anak-anak muda yang peduli lingkungan kembali menggaungkan pesan terkait krisis iklim tersebut. Agar gerakan ini terus berlanjut, kolektif Bumi Butuh Aksi menginisiasi kolaborasi dan saling mendukung antar komunitas/entitas/organisasi atau kelompok apapun dengan tujuan #PukulMundurKrisisIklim.
“Saya merasa tergerak untuk menyelamatkan bumi dengan hal-hal kecil untuk mengubah sifat manusia saya yang pada dasarnya merusak. Saya berharap dengan aksi nyata yang saya lakukan dapat menjadi sebuah pemantik dengan harapan semakin banyak orang yang peduli dan melakukan hal-hal baik untuk bumi dan lingkungan” ujar Fandy Achmad, perwakilan Koalisi Keadilan Energi.
Climate Strike 2022 yang diikuti lebih dari 50 organisasi dan kelompok anak muda dari berbagai wilayah di Indonesia, akan dimulai dari Lapangan Parkir IRTI dan diakhiri dengan panggung aspirasi di Taman Dukuh Atas.
Aksi ini ditujukan untuk menciptakan ruang bagi masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan berbagai cara dan warna, serta bahu membahu dan berbagi api semangat untuk keberlangsungan dalam menjaga bumi ini.
“Global Climate strike bagi kami adalah hasil dari kemuakan anak muda akibat negara lalai dan memfasilitasi para perusak lingkungan! Kita telah mengambil banyak dari bumi, sekarang saatnya kita berjuang untuk merawat bumi. Kami menolak tunduk karena bumi butuh aksi. Rebut kembali hakikat hidup yang mereka curi!” ujar Adian Angkasa, perwakilan Suar Nusantara.*