AJI dan Traction Energy Bahas Energi Nuklir Hingga ke Pulau Semesak

Kompleksitas isu nuklir memerlukan pendekatan jurnalisme yang lebih dalam, dengan riset dan pemahaman saintifik yang kuat

AJI Pontianak bersama Tranction Energy Asia menggelar Sarasehan Nuklir di Pontianak, Kalbar, Sabtu (26/4/2025). Foto: Dok. AJI Pontianak

Peran jurnalis dalam pemberitaan transisi energi nuklir

Jurnalis senior Kalimantan Barat Andi Fachrizal, mengkritisi proses pembahasan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2024 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Barat 2024-2043, yang dinilainya berlangsung tidak transparan dan memunculkan sejumlah kejanggalan, termasuk rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Dalam paparannya pada sebuah diskusi di Pontianak, Andi menjelaskan bahwa pembahasan perda tersebut berlangsung secara tertutup, bahkan dilakukan pada malam hari di akhir pekan. “Pembahasannya dilakukan pada jam 10 malam, hari Minggu. Sangat senyap. Semua dokumennya ada, jadi ini bukan sekadar asumsi,” tegas Andi.

Salah satu temuan yang disorot adalah munculnya rencana lokasi PLTN di Pulau Semesak, Kabupaten Bengkayang, yang tercantum dalam lampiran perda. Meski batang tubuh perda tidak secara eksplisit menyebutkan pembangunan PLTN, lampiran tersebut, yang menjadi satu kesatuan dengan perda, mencantumkan lokasi tersebut.

“Pulau Semesak itu adalah pulau kecil yang tidak berpenghuni, hanya ada tumbuhan seperti kelapa, durian, dan cengkeh. Warga lokal hanya datang saat musim bagus untuk mencari ikan,” jelas Andi.

Andi menekankan bahwa kemunculan rencana PLTN ini harus dicermati, mengingat pengalaman regulasi sebelumnya di Kalbar, seperti Perda Nomor 6 Tahun 2018 tentang Usaha Berbasis Lahan Berkelanjutan, yang pelaksanaannya di lapangan banyak menemui hambatan karena lemahnya regulasi teknis.

Ia juga mengungkapkan, tanda-tanda penggunaan teknologi nuklir di Kalbar mulai terlihat, salah satunya melalui peresmian Instalasi Produk Teranostik Molekuler berbasis teknologi nuklir di RSUD dr. Soedarso Pontianak pada 31 Januari 2025.

Dalam konteks jurnalisme, Andi mengingatkan pentingnya jurnalis memahami manfaat, risiko, dan dampak energi nuklir sebelum meliput isu ini.

“Energi nuklir menawarkan efisiensi energi yang tinggi dengan emisi gas rumah kaca rendah. Namun, risiko limbah radioaktif dan potensi kecelakaan besar seperti Chernobyl dan Fukushima juga harus menjadi perhatian,” ujarnya.

Andi juga membagikan hasil riset kecilnya terkait pemberitaan isu nuklir di media lokal Kalbar. Sepanjang 2024–2025, media seperti Pontianak Post, Tribun Pontianak, RRI, dan LKBN Antara hanya sedikit mengangkat isu ini. Pontianak Post tercatat hanya menerbitkan enam berita, Tribun Pontianak satu berita, RRI 24 berita, dan LKBN Antara 32 berita terkait nuklir.

“Kalau dibandingkan dengan isu transisi energi, pemberitaannya justru lebih banyak. Ini menunjukkan adanya perbedaan sudut pandang media terhadap prioritas isu energi,” tambahnya.

Andi menegaskan bahwa kompleksitas isu nuklir memerlukan pendekatan jurnalisme yang lebih dalam, dengan riset dan pemahaman saintifik yang kuat. Ia mendorong jurnalis untuk terus meningkatkan kapasitas dalam memahami isu-isu teknis seperti ini, agar mampu mengedukasi publik secara lebih baik.

“Ini tantangan besar bagi jurnalis. Kita harus belajar lebih banyak, terutama dari kalangan saintis dan ahli, agar dapat menyampaikan informasi dengan akurat dan bertanggung jawab,” pungkasnya.*

Exit mobile version