Sementara itu, CEPF di Kongo merancang program untuk membangun kapasitas agar perempuan dan anak perempuan dapat bertindak secara mandiri dan berkelanjutan. “Contoh, kami mengadakan pelatihan pengelolaan hutan berkelanjutan untuk 200 perempuan dan Pemuda Adat. Kami juga mengadakan pelatihan pertanian keluarga berkelanjutan bagi perempuan dan anak perempuan adat.”
Pelatihan ini mencapai hasil yang baik. Sekitar 80% peserta kini menerapkan teknik karbonisasi yang lebih baik, sehingga mengurangi konsumsi kayu dan deforestasi sebesar 40%. Ada tiga koperasi lokal dibentuk untuk memproduksi dan menjual briket ekologis, juga terbentuk koperasi perempuan penjual hasil hutan kayu.
“Kami juga melakukan advokasi dan hak atas tanah. Dua komunitas dalam satu kelompok sedang dalam proses memperoleh kepastian hukum atas 10.000 hektar lahan. Kami berharap hal ini dapat mengurangi konflik lahan yang dihadapi perempuan. Inisiatif tersebut juga akan memudahkan perempuan dan anak perempuan mengakses hutan untuk mencari penghidupan,” ujar Elnathan yang juga hadir dalam GYF.
Sedangkan AYIPN meluncurkan kampanye Indigenous Lands in Indigenous Hands (ILIH), yaitu kampanye advokasi sekaligus slogan yang mendorong seluruh Pemuda Adat di seluruh dunia serta para pendukung isu-isu Masyarakat Adat untuk bersatu mempertahankan sisa sumber daya alam yang ada. Mereka juga menuntut kembali hak untuk menentukan nasib sendiri.
Kampanye AYIPN tersebut telah membantu pembentukan berbagai jaringan Pemuda Adat di tingkat nasional, serta memperkuat kapasitas mereka sebagai pemimpin adat dan pemuda. “Kami percaya bahwa kekuatannya berasal dari para anggotanya di tingkat akar rumput,” kata Funa-ay.
Cindy menambahkan, BPAN terbuka dan terus mendorong kolaborasi dengan Pemuda Adat dari negara lain. Bentuknya bisa berupa pertukaran pengalaman, kampanye bersama, hingga advokasi di level regional dan internasional. “Melalui kolaborasi ini, Pemuda Adat bisa saling belajar strategi menjaga budaya, melindungi wilayah adat, serta memperkuat posisi bersama dalam menghadapi krisis global seperti perubahan iklim dan perampasan tanah.”
Pada akhirnya, suara Pemuda Adat adalah kekuatan yang menentukan arah keputusan global. Sebuah kekuatan yang membawa harapan bagi masa depan bumi.*