Pemerintah Kembalikan Enam Individu Orangutan ke Habitatnya

Kemitraan multi pihak diperlukan untuk menjaga kawasan hutan, karena tugas kita tidak hanya berhenti pada mengantarkan satwa liar kembali ke habitatnya, namun juga memastikan rumah mereka tetap aman dan lestari.

Avatar
Balai KSDA Kalimantan Barat bersama Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dengan didukung oleh Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) melepasliarkan enam individu orangutan di TNBBBR wilayah kerja Resort Mentatai, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Nanga Pinoh. Foto: Dok. Balai KSDA Kalbar

Kolase.id – Balai KSDA Kalimantan Barat bersama Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) melepasliarkan enam individu orangutan ke habitatnya. Keenam individu orangutan ini telah melewati masa rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan YIARI Ketapang dengan rentang waktu tahun 2012-2020.

Lokasi pelepasliaran enam individu orangutan ini dilakukan di TNBBBR wilayah kerja Resort Mentatai, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Nanga Pinoh, 26 Juni 2023.

Pelepasliaran orangutan melalui dukungan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia ini merupakan langkah penting dalam upaya pelestarian satwa liar dilindungi, serta pemulihan populasi orangutan di alam.

Selain itu, kegiatan ini menjadi puncak dari penyelamatan orangutan yang dimulai dari proses rehabilitasi sampai pada tahap mengembalikan orangutan ke habitatnya di alam.

Kepala BKSDA Kalimantan Barat RM Wiwied Widodo dalam keterangannya menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam upaya pelestarian orangutan yang merupakan salah satu satwa endemik Kalimantan.

“Upaya memulangkan orangutan ke habitat aslinya dengan kondisi kesehatan satwa yang baik, perilaku dan sifat keliarannya yang sudah kembali normal merupakan proses yang panjang dan tentunya tidak mudah.

Sudah sepatutnya kita sebagai manusia untuk tidak memelihara dan memenjarakan orangutan dalam kandang hanya karena keegoisan semata. Biarkan mereka hidup bebas untuk menjaga keseimbangan di alam” jelasnya.

Rangkaian kegiatan pelepasliaran dimulai sejak dari lokasi rehabilitasi YIARI Ketapang pada tanggal 22 Juni 2023, sampai tanggal 26 Juni 2023 saat keenam individu orangutan dilepasliarkan di lokasi pelepasliaran. Ke-enam individu orangutan yang dilepasliarkan terdiri dari satu individu jantan dan lima individu betina.

Sebelum dilakukan pelepasliaran, semua individu orangutan tersebut telah selesai menjalani proses rehabilitasi, kajian medis, dan perilaku sehingga dapat dipastikan semuanya dalam kondisi sehat dan siap untuk dilepasliarkan.

Selaras dengan hal tersebut Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Andi Muhammad Kadhafi, dalam keterangannya menyampaikan jika pelepasliaran enamindividu orangutan di TNBBBR merupakan salah satu bentuk kolaborasi antara Balai KSDA Kalbar selaku management authority pengelolaan tumbuhan dan satwa liar dengan Balai TNBBBR, serta didukung oleh YIARI.

“Pelepasliaran kali ini merupakan yang kesekian kalinya sejak tahun 2016. Hingga saat ini telah berhasil dilepasliarkan sebanyak 69 individu orangutan hasil rehabilitasi di kawasan ini. Melalui kegiatan ini tentunya diharapkan dapat meningkatkan sebaran populasi orangutan di habitat alaminya khususnya di TNBBBR,” ujarnya.

Ia pun menjelaskan jika salah satu capaian penting dari hasil pelepasliaran adalah termonitornya kelahiran lima individu orangutan di kawasan ini. Hal ini mengindikasikan bahwa TNBBBR merupakan salah satu habitat yang sesuai untuk orangutan hingga mereka mampu beradaptasi bahkan bereproduksi.

Dia mengapresiasi dukungan dari seluruh pihak terkait hingga kegiatan pelepasliaran ini berjalan lancar. Melalui dukungan para pemangku kepentingan pula kami akan berupaya terus menjaga kelestarian Orangutan Kalimantan yang saat ini berstatus Sangat Terancam Punah khususnya di dalam kawasan TNBBBR.

“Mari kita bersama menjaga kelestarian satwa liar dilindungi, kelestarian hutan berikut isinya demi anak cucu kita,” serunya.

“Budi”, satu-satunya orangutan jantan yang dilepasliarkan berumur ± 11  tahun, merupakan orangutan yang berasal dari hasil penyelamatan di daerah Kubing, Dusun Sawah Sempurna, Kecamatan Sungai Laur, Kabupaten Ketapang.

“Budi” telah menjalani proses rehabilitasi sejak Desember 2014. Sedangkan lima individu orangutan betina yang dilepasliarkan adalah “Tulip”, “Bianca”, “Jamilah”, “Faini”,  dan “Covita”.

“Tulip” orangutan peliharaan warga di Jl. H. Agus Salim No. 7 Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang. Orangutan “Tulip” diperkirakan berumur ± 13 tahun dan telah menjalani proses rehabilitasi sejak 5 April 2012.

Orangutan “Bianca”, merupakan orangutan betina berumur ± 7 tahun berasal dari hasil penyelamatan Balai KSDA Kalbar di Desa Randau Jungkal, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang pada 5 Oktober 2016.

“Jamilah”, merupakan orangutan betina berumur ± 9 tahun berasal dari daerah Sandai Kabupaten Ketapang dan telah dititiprawatkan di Pusat Rehabilitasi YIARI Ketapang sejak 24 Februari 2016.

Orangutan betina keempat yang dilepasliarkan adalah “Faini”. Orangutan betina berumur ± 10 tahun ini berasal dari Desa Randau Jekak, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang.

Orangutan ini diselamatkan BKSDA Kalbar karena terjadi interaksi negatif antara manusia dengan orangutan pada 17 Desember 2015. Sedangkan orangutan “Covita” merupakan orangutan betina berumur ± 6 tahun hasil penyelamatan BKSDA Kalbar di Desa Krio Hulu, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang pada 29 Agustus 2020.

Lokasi pelepasliaran orangutan

Sebelum rangkaian kegiatan pelepasliaran, BKSDA Kalbar telah mendapatkan persetujuan dari Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: S.374/KKHSG/PSG2/KSA.2/06/2023 perihal Rekomendasi Pelepasliaran orangutan.

Pemilihan TNBBBR SPTN Wil I Nanga Pinoh Resort Mentatai menjadi lokasi pelepasliaran karena kondisi kawasan dan hutannya sesuai dengan tipe habitat untuk orangutan, serta mempunyai kelimpahan pohon pakan untuk orangutan yang mencukupi.

Walaupun aksesibilitas menuju lokasi pelepasliaran cukup berat, di sisi lain kondisi tersebut menguntungkan bagi keamanan keenam individu orangutan yang dilepasliarkan.

YIARI sebagai mitra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan pelepasliaran ini. “Kami bangga bahwa orangutan yang dirawat selama bertahun-tahun di pusat rehabilitasi YIARI di Ketapang akhirnya bisa dilepasliarkan dan kembali ke habitat aslinya,” ujar Silverius Oscar Unggul, Ketua YIARI.

Pihaknya bersyukur, kegiatan pelepasliaran enam individu orangutan ini dapat berjalan baik dan sesuai rencana, terutama di tengah kondisi cuaca yang memasuki musim kemarau dan perubahan iklim yang sangat mempengaruhi, terutama dengan mulai datangnya fenomena El Nino Juni ini.

Di sinilah, kata Silverius Oscar Unggul, kemitraan multi pihak diperlukan untuk menjaga kawasan hutan, karena pekerjaan kita tidak hanya berhenti pada mengantarkan satwa liar kembali ke habitatnya, namun juga memastikan rumah mereka tetap aman dan lestari.*

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *