Tanam Ratusan Ribu Pohon, Pulihkan Ekosistem Mangrove Kubu Raya

Penanaman dilakukan untuk memperbaiki kawasan mangrove yang terdegradasi, mengurangi dampak perubahan iklim, serta membantu peningkatan keanekaragaman hayati.

Avatar
Lokasi penanaman mangrove di Desa Mengkalan Jambu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya. Foto: Dok. YPI

Kolase.id – Lembaga Desa Pengelola Hutan (LDPH) Desa Mengkalang Jambu bersama Yayasan Planet Indonesia (YPI) melakukan penanaman 100 ribu bibit mangrove di Hutan Desa Mengkalang Jambu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya pada 12 Desember 2022.

Penanaman dilakukan sebagai upaya perbaikan ekosistem mangrove di wilayah pesisir Kubu Raya yang memiliki luas hutan dan potensi mangrove yang besar, dengan komposisi spesies mangrove tertinggi di Indonesia.

Hutan mangrove berfungsi sebagai habitat bagi jenis satwa kunci seperti Bekantan (Nasalis larvatus) dan berbagai jenis burung. Kawasan ini juga sebagai tempat berkembang biak ikan, udang, dan kepiting yang memberikan banyak manfaat ekonomi kepada masyarakat, juga untuk mencegah intrusi air laut ke daratan (abrasi).

Kawasan hutan mangrove di Hutan Desa Mengkalang Jambu mengalami kerusakan akibat abrasi air laut yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal itu menyebabkan hilangnya vegetasi mangrove tertentu di kawasan ini.

“Upaya pemulihan ekosistem dengan kegiatan penanaman mangrove ini kita lakukan selain untuk memperbaiki kawasan mangrove yang terdegradasi, juga untuk mengurangi dampak terhadap perubahan iklim, serta membantu peningkatan keanekaragaman hayati, khususnya tegakan mangrove dan biota perairan pesisir dan laut,” kata Ketua LDPH Desa Mengkalang Jambu Haripin di lokasi penanaman.

Kepala Desa Mengkalang Jambu Agustar menambahkan bahwa kegiatan penaman mangrove menjadi bagian dari penjagaan dan pengelolaan, khususnya kawasan hutan mangrove, yang diamanahkan oleh pemerintah.

“Pengolaan Hutan Desa Mengkalang Jambu di tingkat desa melalui LDPH sangat strategis untuk menjaga keutuhan ekosistem mangrove bentang alam pesisir. Penanaman mangrove ini merupakan gerakan yang banyak memberikan manfaat bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pesisir,” papar Agustar.

Sebanyak 60 orang dari berbagai unsur terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove di Desa Mengkalang Jambu, antara lain Pemerintah Desa Mengkalang Jambu, Pemerintah Kecamatan Kubu, Polsek Kubu, Koramil Kubu, KPH Kubu Raya, DLHK Provinsi Kalimantan Barat, BPDAS Kapuas, dan BAPPEDA Kubu Raya. Penanaman dilakukan di satu titik lokasi di Sungai Lalau, kawasan Hutan Desa Mengkalang Jambu pada areal seluas lebih kurang 20 hektar.

“Sebanyak 100.000 bibit mangrove yang ditanam terdiri dari jenis Bakau Merah (Rhizophora apiculata), Bakau Putih (Rhizophora mucronata), Tumu (Bruguiera gymnorizha), dan Nyirih (Xylocarpus sp.), dengan jarak tanam 1 x 3 meter, arah tegak lurus garis pantai. Kami juga berinovasi dengan eco-polybag berbahan dasar daun Nipah sebagai pengganti polybag berbahan plastik, sehingga lebih ramah lingkungan,” jelas Koordinator Pemulihan Ekosistem Yayasan Planet Indonesia Oka Pransiska di Pontianak, Kamis (15/12/2022).

Dengan meningkatnya tutupan hutan mangrove, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah pesisir. YPI bersama LDPH menargetkan untuk menanam lagi 130.000 bibit mangrove di tahun 2023.

“Melalui beberapa program di tingkat tapak, YPI turut mendukung dan menguatkan masyarakat terhadap pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan dukungan secara ekologis bagi kelestarian ekosistem mangrove di Kubu Raya,” kata CEO Yayasan Planet Indonesia Novia Sagita.

Inovasi Eco-polybag Ramah Lingkungan

Untuk mendukung kelestarian ekosistem mangrove di pesisir Kubu Raya, YPI berinovasi melalui Program Pemulihan Ekosistem dengan menggunakan eco-polybag berbahan dasar daun Nipah. Tujuannya adalah mengurangi sampah plastik polybag dari kegiatan penanaman mangrove.

Kelompok Perempuan PUMK sedang menganyam ecopolybag. Foto: Dok. YPI

Koordinator Pemulihan Ekosistem Yayasan Planet Indonesia, Oka Pransiska menyampaikan bahwa polybag plastik umum digunakan sebagai wadah untuk pembibitan tanaman, namun kerap kali menyisakan masalah sampah plastik yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dapat terurai.

“Kali ini kami mencoba untuk lebih berorientasi pada bahan yang lebih ramah lingkungan, pengganti polybag plastik, yaitu eco-polybag yang dianyam dari daun Nipah, sekaligus sebagai bentuk pemanfaatan sumberdaya mangrove yang dapat menjadi peluang ekonomi masyarakat pesisir,” papar Oka.

Eco-polybag menjadi salah satu bentuk pemanfaatan dari banyak potensi hutan mangrove yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat dengan beragam produk yang bisa dikembangkan.

“Kami sangat senang dengan kegiatan LDPH Desa Mengkalang Jambu bersama YPI. Masyarakat begitu antusias dalam menjaga hutan mangrove dan sangat memperhatikan kondisi lingkungan pesisir melalui kegiatan penanaman mangrove, termasuk inovasi eco-polybag ini,” kata Muhamad Ali, Kasi Pemerintahan Kecamatan Kubu.

Pembuatan eco-polybag melibatkan masyarakat setempat dari LDPH dan kelompok perempuan Pelayanan Usaha Masyarakat berbasis Konservasi (PUMK) Desa Mengkalang Jambu.

“Melalui aktivitas pembuatan eco-polybag ini kami turut berperan serta dalam kelestarian hutan mangrove. Kami senang dapat menjadi salah satu bagian dari upaya pelestarian lingkungan pesisir di desa kami,” kata Yunita, anggota PUMK Desa Mengkalang Jambu.

Kepala Bidang Perekonomian, SDA, Infrastruktur, dan Kewilayahan Bappeda Litbang Kabupaten Kubu Raya Herbimo Utoyo mengatakan bahwa potensi pemanfaatan sumber daya mangrove sangat besar dari jasa lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

“Melalui pemanfaatan HHBK, Desa Mengkalang Jambu bisa manjadi opsi site model pengelolaan mangrove berbasis ekologi secara berkelanjutan di wilayah pesisir Kubu Raya,” kunci Herbimo.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *