Kolase.id – Seorang tenaga kerja asing asal China tewas akibat tertimpa reruntuhan batu di dalam terowongan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru, Minggu (21/8/2022).
Sejak awal rencana pembangunan PLTA Batang Toru telah menuai kecaman dari berbagai organisasi lingkungan, karena lokasinya berada di wilayah habitat orangutan dan terletak di garis patahan gempa.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, proyek pembangunan PLTA Batang Toru telah menelan korban sekitar 16 jiwa.
Direktur Eksekutif Satya Bumi Annisa Rahmawati menyatakan rentetan peristiwa yang terjadi di area proyek pembangunan PLTA Batang Toru perlu ditindaklanjuti. Pasalnya wilayah ini sudah bermasalah dari aspek dampak lingkungan.
“Ini momentum bagi pemerintah untuk meninjau ulang proyek PLTA agar tidak memicu bencana bagi masyarakat sekitar dan kerusakan hutan yang menjadi habitat spesies orangutan Tapanuli,” kata Annisa Rahmawati di Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Dia menegaskan, jika ditemukan pelanggaran, penegak hukum perlu mengungkapkan hasil temuannya kepada publik secara transparan dan menindak tegas demi keadilan kemanusiaan dan lingkungan.
Proyek PLTA Batang Toru telah dibeli oleh State Development and Investment Corporation (SDIC) China senilai 277 juta dollar AS, setelah Bank Cina mengundurkan diri dari pendanaannya pada tahun 2019 karena komitmen mereka untuk perlindungan lingkungan dan pembiayaan hijau.
Akhir tahun ini, China akan menjadi tuan rumah Convention on Biological Diversity, hal ini seharusnya menjadi perhatian utama bagi negara tersebut untuk membuktikan komitmennya terhadap keberlangsungan keanekaragaman hayati dan dampak investasinya di Indonesia.*